KAMMI Tuntut Presiden Joko Widodo Kecam Keras Tindakan Emmanuel Macron

- 30 Oktober 2020, 16:04 WIB
Aksi demontrasi mahasiswa KAMMI di Serang/Serangnews.
Aksi demontrasi mahasiswa KAMMI di Serang/Serangnews. /

SERANGNEWS.COM - Mahasiswa di Serang, Banten yang tergabung dalam Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin Banten meminta Presiden Joko Widodo untuk mengecam dan mendesak Emmanuel Macron meminta maaf kepada umat Islam.

Ketua Umum KAMMI UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Nuriman mengatakan, pihaknya sangat prihatin ketika para pemimpin dunia Islam melakukan kecaman keras terhadap Emmanuel Macron.

Tetapi, Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim terbesar di dunia dan negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, pemimpinnya masih diam dan belum menunjukkan sikap.

Baca Juga: Diperankan Ardhito, Story of Kale Menjadi Film Kekinian Yang Digandrungi Kaum Hawa

Baca Juga: Cuaca Buruk, Tangkapan Ikan di Pelabuhan Karangantu Kota Serang Turun 20 Persen 

"Kecaman dan tuntutan langsung dari seorang Presiden Joko Widodo sebagai kepala negara merupakan hal yang di tunggu oleh umat Islam Indonesia," katanya, Jumat 30 Oktober 2020.

Menurutnya, kecaman langsung yang diucapkan seorang kepala negara adalah bukti dan keseriusan pemerintah Indonesia dalam merespon penghinaan Emmanuel Macron, karena hal ini bukan hanya soal keyakinan beragama melainkan nilai-nilai kemanusiaan yang telah di rusak.

"Kita itu perlu sikap tegas dari seorang Presiden, bukan hanya kecaman yang dilakukan oleh Kemlu ataupun Menkopolhukam. Kebebasan berekspresi itu memang harus di kedepankan, namun tidak pula melakukannya dengan penghinaan terhadap agama lain," ujarnya.

Baca Juga: Punya 5 Tanda Ini, Kamu Belum Siap Nikah

Selanjutnya ia menambahkan bahwa merespon Emmanuel Macron dengan kecaman dan tuntutan agar meminta maaf kepada umat Islam, menunjukkan secara tegas posisi Indonesia dalam menjaga perdamaian dunia.

Hal ini pula sejalan dengan UUD 1945 bahwa Indonesia tegas berperan serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Nuriman menegaskan Presiden Joko Widodo agar tidak khawatir apalagi takut untuk melakukan kecaman dan tuntutan kepada Emmanuel Macron.

Sebab pernyataan Presiden Prancis itu memang sudah salah kaprah, ketika terjadi pembunuhan seorang guru oleh pemuda muslim di negaranya akibat menunjukkan karikatur yang menghina Nabi Muhammad Saw, bukan berarti Islam di generalisir sebagai agama teror dan hendak membalasnya dengan terus mencetak karikatur penghinaan terhadap Nabi Muhammad Saw.

Baca Juga: Upah Minimum Tidak Naik, Ini Tiga Permintaan Wagub Jabar Pada Perusahaan 

"Sekali lagi saya katakan kebebasan berekspresi itu memang harus di kedepankan namun tidak dengan menghina agama lain. Sebuah kejadian yang wajar seorang marah ketika agama atau keyakinannya di hina," ujarnya.

"Dan tidak cerdas seorang pemimpin seperti Emmanuel Macron melakukan penghakiman kepada agama seorang yang dihina, seharusnya penghina lah yang mendapat hukuman. Dan lebih tidak cerdas lagi apabila seorang kepala negara diam ketika agamanya di hina," tambahnya.

Diketahui, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengeluarkan pernyataan yang telah menghina dan menyudutkan umat Islam dengan menegaskan bahwa ia tak akan melarang pencetakan kembali karikatur penghinaan Nabi Muhammad Saw oleh majalah satire Charlie Hebdo.

Baca Juga: Hari Ini Pengumuman CPNS 2019, Ini Dokumen Yang Harus Disiapkan

Selain itu, ia juga mengatakan bahwa Islam adalah agama yang mengalami krisis.

Akibat dari pernyataan kontroversial tersebut, Emmanuel Macron mendapatkan kecaman dari berbagai tokoh dan pemimpin dunia. Diantaranya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Perdana Menteri Pakistan Imran Khan, Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad dan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei.***

 

Editor: Kiki


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x