SERANGNEWS.COM – Resesi akhirnya terjadi di Indonesia dan telah diumumkan BPS pada November 2020.
Kondisi yang menunjukan pertumbuhan ekonomi dua kali mengalami minus. Pertumbuhan ekonomi Indonesia merosot tajam ke minus 5,32 persen di triwulan II.
Kendati program pemulihan ekonomi nasional sebetulnya sudah mulai, hasilnya di triwulan III 2020, baru tumbuh menjadi minus 3,49 persen (YoY).
Kondisi ini sudah diprediksi sejak awal oleh Menteri Kuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan para pengamat ekonomi di Indonesia.
Baca Juga: Tutuka Dilantik Jadi Dirjen Migas, Arifin : Tekan Impor BBM dan LPG
Menurut prediksi Eric Alexander Sugandi, peneliti senior dari Institut Kajian Strategis Universitas Kebangsaan Republik Indonesia, pada September 2020, menyebut resesi di Indonesia bisa terjadi karena kombinasi faktor domestik dan eksternal.
Salah satu faktor domestik penyebab adalah melemahnya permintaan masyarakat karena Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Pada triwulan kedua tahun ini, kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap produk domestik bruto (PDB) atau seluruh produksi barang dan jasa di Indonesia hanya mencapai 58% atau turun 5,51% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: DPRD Kota Serang Minta Lelang Jabatan Sekda Jangan Dicederai Karena Tidak Transparan
Ini adalah penurunan terburuk sejak krisis ekonomi pada tahun 1998, yang terjadi karena anjloknya nilai tukar rupiah dan hilangnya kepercayaan publik. Ketika itu konsumsi rumah tangga terjun sebesar 6,17%.
Sedangkan dari sisi eksternal, resesi muncul akibat melemahnya permintaan dari negara lain terhadap barang produksi Indonesia serta berkurangnya investasi.
Negara-negara yang memiliki kontribusi besar untuk ekspor dari Indoesia seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Korea Selatan telah mengalami resesi demikian dilaporkan The Conversation Indonesia.
Ketiganya menyumbang masing-masing US$17,68 miliar (11,41%), US$9,07 miliar (5,85%), dan US$6,08 miliar (3,92%) terhadap ekspor Indonesia yang mencapai US$167,53 miliar pada tahun lalu.
Baca Juga: Covid-19 Gelombang Dua Menlanda, Menkes Prancis: Warga Tetap di Rumah, Kecuali Urusan Penting
Baca Juga: Hasil Liga Europa, AS Roma Menang Besar, AC Milan Tersungkur di Kandang, Tim Inggris Pesta Gol
Meski masih mengalami kontraksi, setidaknya kontraksi yang lebih dalam dapat dicegah.
"Kita sudah melewati masa terburuk di triwulan kedua. Di triwulan ketiga, perekonomian mengalami pembalikan atau turning point ke arah zona positif," kata Menkeu Sri Mulyani dalam pernyataan persnya, Kamis, 5 November 2020.
Menurut Menkeu, realisasi belanja negara meningkat tajam hingga 15,5 persen di triwulan III. Belanja negara itu disalurkan untuk bantuan sosial, dukungan bagi dunia usaha, termasuk UMKM yang menjadi pendorong pembaikan ekonomi.
Baca Juga: Gunung Merapi Berstatus Siaga, Ganjar Pranowo Siapkan Tim Evakuasi dan Berpesan Warga tidak Panik
Kinerja dari sisi pengeluaran, secara umum mengalami perbaikan di di triwulan ketiga.
Antara lain konsumsi pemerintah yang triwulan sebelumnya tumbuh negatif 6,9 persen, di triwulan ketiga ini tumbuh positif 9,8 persen. Indeks Penjualan Riil tumbuh dari -18,2 persen menjadi -9,6 persen.
Kinerja ekspor dari -11,7 tumbuh membaik menjadi -10,8 persen. Sedangkan kinerja impor masih mengalami penurunan dari -17 persen menjadi -21,9 persen. Konsumsi rumah membaik, dari -5,5 persen menjadi -4 persen.
Baca Juga: Maskapai Garuda Buka Tiga Rute Baru, Catat Tanggal Operasinya
"Ke depan, pemerintah akan terus melakukan berbagai upaya mempercepat Pemulihan Ekonomi Nasional. Terutama mempercepat belanja pemerintah daerah yang baru mencapai 53,3 persen," kata Menkeu Sri Mulyani dilansir dari Pikiran-rakyat.com dalam RRI.
Sesuai artikel berita Pikiran-Rakyat “Resesi di Indonesia, Menkeu Optimistik Ekonomi Membaik di Triwulan Keempat,” Kata Sri Mulyani, penanganan di bidang kesehatan juga terus dilakukan dengan melakukan 3T yaitu Testing, Tracing dan Treatment. Termasuk menyiapkan penggunaan vaksin.
Menkeu juga meminta masyarakat untuk selalu disiplin menerapkan protokol kesehatan dengan mengenakan masker, cuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak, untuk mencegah penularan dan mencegah kemungkinan terjadinya gelombang kedua wabah Covid 19 seperti yang terjadi di sejumlah negara Eropa.
"Kita berharap pembalikan ekonomi akan berlanjut di triwulan keempat, dan kita harus benar-benar memanfaatkan momentum perbaikan ekonomi di triwulan ketiga ini untuk pemulihan ekonomi di tahun 2021 nanti," tandas Menkeu.
Baca Juga: Sempat Melawan, Tiga Pelaku Spesialis Bobol Toko Kelontongan Dibekuk Polres Serang
Baca Juga: Bareskim Polri Tetapkan, Kepala Cabang Maybank Cipulir Jadi Tersangka, Ini Kasusnya
Namun di tengah optimisme pertumbuhan ekonomi yang membaik, pemerintah menghadapi tantangan berupa semaki meningkatnya jumlah pengangguran sebagai dampak wabah Covid 19.
Laporan ketenagakerjaan BPS menunjukkan terjadi penambahan pengangguran hampir 2,7 juta orang, sehingga jumlah pengangguran sekarang sebanyak 9,7 juta orang. Belum lagi ada para pekerja yang mengalami pengurangan jam kerja.***(Gita Pratiwi/Pikiran-Rakyat.com)