Kebijakan Hijab SKB 3 Menteri Disebut Anti Agama, Menag Gus Yaqut Beri Jawaban Telak, Saya Anak Kiai

11 Februari 2021, 12:22 WIB
Menteri Agama (Menag), Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut. /Instagram.com/@gusyaqut

SERANG NEWS –Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Menteri perihal hijab dan aturan berseragam bagi siswa di sekolah negeri mengundang beragam kritik dan komentar dari banyak pihak.

Menteri Agama Yaqut Cholis Qoumas menilai kritikan itu sebagai hal biasa.

Pengakuan yang tidak biasa terlontar dari pernyataan Gus  Yaqut, diunggah dari kanal Youtube Tsamara & The Professor, Rabu, 10 Februari 2021.

Baca Juga: Ungkap Penyebab Negara Berpenduduk Muslim Tertinggal, Maruf Amin: Penyebabnya Cara Berpikir Sempit

Baca Juga: KemenkopUKM Tawarkan Skema Bantuan UMKM, Begini Teknis Stimulus Bantuan agar Cair

Usai SKB Tiga Menteri itu dikeluarkan, Ketua GP Ansor ini disebut sebagai anti agama.

“Ya kalau saya sih biar saja dibilang anti agama, saya ini anak kiai, cucu kiai, hidup di pesantren, masa saya dibilang anti agama, kan gak juga,” ucap Gus Yaqut dikutip  dari kanal Youtube Tsamara & The Professor, Rabu, 10 Februari 2021.

Baca Juga: 9 Trik Sederhana Menghilangkan Bau Sepatu, Bisa Pakai Garam dan Teh!

Gus Yaqut sendiri tidak terlalu mempersoalkan kalau dirinya disebut sebagai anti agama karena putusan perihal mengenakan jilbab di sebuah sekolah Negeri.

Dia mengaku santai dengan pandangan tersebut, karena keputusan tiga Menteri ini juga untuk generasi muda ke depannya.

“Kita sih santai saja, karena saya melihat bahwa ini untuk ke depan, untuk anak-anak kita ke depan, ini sangat berguna. Apalagi untuk menjaga Indonesia, yang kita tahu beragam,” ujarnya.

Baca Juga: JRDP Usul Pemilu Lokal Serentak 2027, Begini Skemanya

Dikutip SerangNews.com dari Pikiran.rakyat dalam artikel yang berjudul Tidak Paksakan Jilbab di Sekolah, Gus Yaqut Buka Suara Jika Disebut Antiagama

Dia menegaskan bahwa sebagai masyarakat yang penuh dengan keberagaman, tidak boleh ada paksaan terkait penggunaan atribut kekhususan keagamaan, termasuk di lingkungan sekolah.

“Kita gak boleh paksakan, orang bebas saja kalau mau pake hijab, mau enggak, ya terserah saja. Itu urusan personal dia, saya kira, dan negara, apalagi sekolah, tidak boleh memaksakan ini. Kita hargai saja,” kata Gus Yaqut.

Dia menekankan bahwa urusan penggunaan atribut kekhususan keagamaan merupakan permasalahan pribadi setiap individu.

 Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta Kamis 11 Februari 2021, Al ke Andin: Saya Akan Tebus Semua Kesalahan Saya

Baca Juga: Bocoran Love Story The Series, Kamis 11 Februari 2021: Ken Berharap Wilantara dan Argandara saling Memaafkan

“Sebenarnya itu sih, kalau pandangan saya itu wilayah privat, terserah saja orang ini mau pake hijab atau enggak Kalau dia pakai itu dianggap sebagai perilaku sholeha atau tidak, karena pake hijab, ya urusan dia sama Tuhannya,” tutur Yaqut Cholis Qoumas.

Dia menuturkan bahwa orang lain tidak perlu mengurusi urusan seorang individu dengan Tuhannya, karena semua orang memiliki urusannya masing-masing dengan Tuhan.

“Ngapain kita ngurusin urusan dia? Urusan kita sama Tuhan aja belum tentu beres, begitu loh,” ucap Yaqut Cholis Qoumas

Melihat perilaku seperti itu, dia mengaku sering merasa geram karena urusan individu dengan Tuhannya adalah urusan personal.

Baca Juga: Legenda dan Asal-usul Warna Merah saat Perayaan Imlek, Simak Penjelasannya!

“Kadang-kadang, saya tuh kalau ngeliat orang-orang begitu itu, pingin jitak aja sebenernya. Itu kayak surga udah dikapling aja gitu loh, kita ini gak boleh masuk surga kalau tidak ikut mereka,” ujar Yaqut Cholis Qoumas.

Baca Juga: Ivan Rakitic Cetak Gol, Harapan Barcelona Rengkuh Gelar Copa Del Rey Menipis

Diketaui, dalam SKB Tiga Menteri itu diatur bahwa penggunaan seragam dan atribut keagamaan di sekolah Negeri tidak diwajibkan.

Surat keputusan itu dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama. ***

 (Eka Alisa Putri/Pikiran-Rakyat)

 

Editor: Muh Iqbal Zikri

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler