Bagi Yadi menyelamatkan naskah-naskah kuno yang merekam sejarah Banten seperti menyelamatkan masa depan keberlanjutan Banten. Sebab dari sejarah orang belajar untuk menatap masa depannya.
Bersama kawan, almarhum Abah Dadi yang bertugas di Dinas Kebudayaan Provinsi Banten, pada 2011 Yadi menggelar workshop manuskrip sebagai warisan budaya.
Baca Juga: HMI Serang Akan Judicial Review UU Cipta Kerja Ke MK
Baca Juga: Namanya Dicatut, Bupati Lebak Iti Oktavia: Kami Tuntut secara Hukum
Saat melakukan pendataan, terkumpul 40 manuskrip yang berhasil didigitalisasi. Pada 2017, program tersebut dilanjutkan Dinas Perpustakaan dan Kearsiapan Daerah.
Kini meski belum maksimal, kata Yadi, Kabupaten Serang mulai melakukan pendataan. Targetnya 10 manuskrip untuk digitalisasi. “Sekarang sedang proses penyelamatannya dahulu. Setelah digitalisasi, baru direparasi.” katanya.
Beberapa jenis manuskrip yang beragam. Mulai dari manuskrip sejarah, astronomi, astrologi, pengobatan, keagamaan, sampai keparukunan atau ajaran amalan.
Kata Yadi, manuskrip paling banyak ditemukan di Tanara, Pontang, Tirtayasa, Gunung Kaler Tangerang, Balaraja. “Banten Lama sedikit karena banyak yang terbakar. Termasuk Cilegon dan Bojonegara,” ungkapnya.
Baca Juga: Gelombang 11 Prakerja Resmi Dibuka, Ini Syarat dan Tata Caranya