SERANGNEWS.COM - Jerih payah seorang Abah Yadi Ahyadi mengumpulkan naskah kuno sejarah terbayar lunas. Ia berhasil mengoleksi babad sejarah utuh yang dikumpulkan bertahun-tahun.
Yadi harus bersabar dan bolak-balik ke museum di Jakarta. Pernah, ada satu naskah yang harus ia kumpulkan selama lima tahun.
“Di sana kita kan hanya boleh memfotokopi tidak boleh lebih dari 15 halaman,” katanya sembari menunjukkan naskah Sejarah Banten dalam bentuk tulisan Arab Pegon yang sedang dialihbahasakannya dalam bahasa Indonesia.
Terlebih saat Yadi digandeng Kementerian Agama untuk melakukan konservasi naskah-naskah kuno. Tak hanya mengundang semua pemilik naskah kuno, dirinya juga mulai melibatkan pemerintah daerah, perpustakaan daerah, dan dinas pariwisata.
Baca Juga: Yadi Ahyadi, Perawat Naskah Kuno Sejarah Banten (1): Ada Naskah yang Mengumpal seperti Tanah
Baca Juga: Yadi Ahyadi, Perawat Naskah Kuno Sejarah Banten (2): Banyak yang Anggap Manuskrip Keramat
Selain itu, dosen-dosen muda di kampus tempatnya kuliah juga turut mendukung. Yadi pun tergabung pada Bantenologi, lembaga kajian sejarah yang dibidani Profesor A Tihami.
Sampai saat ini, lembaga yang berkantor di dalam kampus UIN Sultan Maulana Hasanuddin masih aktif melakukan kajian sejarah Banten.