Anies Baswedan Posting Buku How Democrasies Die, Gayung Bersambut Fadli Zon Posting Demokrasi Kita

- 23 November 2020, 00:49 WIB
Politisi Partai Gerindra dan anggota DPR RI, Fadli Zon tengah membaca buku karya Mochammad Hatta atau Bung Hatta berjudul "Demokrasi Kita".*
Politisi Partai Gerindra dan anggota DPR RI, Fadli Zon tengah membaca buku karya Mochammad Hatta atau Bung Hatta berjudul "Demokrasi Kita".* /Twitter/@fadlizon./

SERANG NEWS - Setelah Anies Baswedan memposting buku 'How Demokrasiies Die', gayung bersambut, Fadli Zon ikut memposting buku berjudul Demokrasi Kita.

Postingan Fadli dilakukan pada Minggu 22 November 2020, pukul 18.16 WIB.

"Sy baca ulang buku “Demokrasi Kita” karya Mohammad Hatta yg terbit 1 Mei 1960, 60 thn lalu. Kok masih relevan n keadaannya hampir sama dg skrg," tulis Fadli Zon melalui kun Twitter @fadlizon yang kutip Serangnews.com.

Baca Juga: Pasca Pernikahan Anak Habib Rizieq, Polda Sebut Ada Klaster Covid-19 di Petamburan

Menurut politisi Gerindra itu buku karya mantan Wakil Presiden Indonesia pertama pernah dilarang masa Pemerintahan Soekarno.

"Hatta kritik tajam pemerintahan Demokrasi Terpimpin yg otoritarian di bwh Presiden Soekarno. Buku kecil ini kemudian dilarang," tulis Fadli lagi.

Seperti diketahui, pada Minggu pagi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memposting foto dirinya sedang membaca buku.

Baca Juga: 17 Daerah di Jabar Naikan UMK 2021, Berikut Daftar Lengkap UMK Jabar

"Selamat pagi semua. Selamat menikmati Minggu pagi," tulis Anies melalui akun instagram @Aniesbaswedan Minggu 22 November 2020 pukul 10.23 WIB.

Pada unggahan itu, tampak dirinya sedang duduk sembari membaca buku berjudul 'How Democrasies Die'. 

Buku yang berarti 'Bagaimana Demokrasi Mati' itu terbit pada 16 Januari 2018 lalu.

Baca Juga: Tekan Sebaran Covid-19, Pemprov DKI Kembali Perpanjang PSBB Transisi

Buku tersebut merupakan karya ilmuan politik lulusan Harvard University Steven Levitsky dan Daniel Ziblatt.

Cuitan Anies pun viral dan menjadi perbincangan publik di media sosial. Bahkan ada beberapa netizen yang menganggap Anies sedang memberi kode keras.

Seperti diketahui, belum lama ini Anies menjadi salah satu nama yang terseret dalam insiden kerumunan massa di acara Habib Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Pakar Hukum Tata Negara Sebut Instruksi Mendagri Early Warning Bagi Kepala Daerah

Acara tersebut dinilai melanggar protokol kesehatan. Anies sebagai orang nomor satu di DKI Jakarta harus dipanggil polisi untuk diminta klarifikasi atas masalah tersebut.

Anies bahkan mendapat sentilan langsung dari Menkopolhukam Mahfud MD yang menggelar konferensi pers secara resmi sebelum Anies dipanggil polisi.

Tak seperti biasanya, dalam konferensi pers itu Mahfud didampingi  Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala BIN Jenderal (Purn) Budi Gunawan, Ketua Satgas Penanganan COVID-19 Letjen Doni Monardo, dan Wakapolri Komjen Gatot Eddy Pramono.

Baca Juga: MABBES Kota Serang Tolak Siapapun yang Melakukan Propaganda atas Nama Agama

Selain Anies ada beberapa pihak yang juga diminta keterangan yang sama. Mulai dari Walikota Jakarta Pusat, Kepala Biro Hukum dan Kelala Satpol PP Pemrov DKI Jakarta sampai Ketua RW dan RT setempat.

Selang tak lama, Kapolri Jenderal Ildham Azis mengeluarkan surat telegram. Kapolri  mencopot mencopot Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Nana Sudjana digantikan oleh Irjen Pol Fadil Imran yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolda Jawa Timur.

Kapolri juga memerintahkan anak buahnya melakukan pengetatan protokol kesehatan.

Sehari sebelum Anies memposting buku itu  juga ramai pro kontra Pangdam Jaya Mayjen Dudung Abdurrachman yang langsung menghampiri Satpol PP saat gelaran apel gabungan di Monas, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat 20 November 2020.

Baca Juga: Perubahan Iklim sampai Penyelamatan Nyawa Akibat Covid-19 Jadi Pembicaraan Pemimpin Dunia di KTT G20

"Satpol PP harus berani cabutin poster-poster HRS (Habib Rizieq Shihab). Harusnya Pol PP duluan," katanya.

Pangdam Jaya juga mengerahkan personilnya untuk mencopot baliho-baliho bergambar Habib Rizieq yang dianggap menjadi propaganda.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Twitter


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah