Tips Dokter Spesialis Anak untuk Pemantauan Tumbuh Kembang Anak di Masa Pandemi

- 13 November 2020, 06:00 WIB
Ilustrasi pertumbuhan anak
Ilustrasi pertumbuhan anak /

SERANGNEWS.COM – Masa pertumbuhan anak di masa Pandemi Covid-19 patut diperhatikan dengan baik oleh orang tua.

Orang tua harus benar-benar memperhatikan pertumbuhan anak agar tetap sehat dan tumbuh kembang secara sehat.

Bagi anda para orang tua yang memiliki anak, tidak perlu khawatir. Dokter Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memberikan tips untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap tumbuh kembang anak dan menjaga kesehatan anak selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pemkab Serang Pilih Hotel Marbella Anyer Jadi Tempat Isolasi Pasien Covid-19

Dokter spesialis anak RSUI dr. Annisa Rahmania Yulman, Sp.A mengatakan, orang tua harus selalu melakukan pemantauan rutin terhadap tumbuh kembang anak.

Pemantauan ini dapat dilakukan dengan melakukan pengukuran berat badan, panjang/tinggi badan, serta lingkar kepala.

Terkait perkembangan anak, terdapat formulir pemantauannya yang dikenal dengan nama KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan).

Baca Juga: Pernah Janji Menjemput ke Arab Saudi, Kemana Prabowo saat Habib Rizieq Pulang ke Indonesia?

Dari KPSP ini terdapat redflag/warning sign atau tanda bahaya. Yaitu, suatu indikator kapan seorang anak mengalami gangguan perkembangan. “Jika terdapat tanda bahaya, orangtua sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter,” ucapnya dikutip dari Antara.

Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, lanjutnya, dapat pula dipantau oleh orangtua menggunakan aplikasi PrimaKu yang telah dikembangkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Terkait tema infeksi, dr. Annisa yang akrab dipanggil dr. Ninis menyebutkan beberapa tips pencegahan. Misalnya, penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak di antaranya ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut), diare, dan demam.

Baca Juga: RUU Minol: Peminum Bakal Didenda Rp50 Juta dan Dipenjara Dua Tahun

"Penyakit-penyakit infeksi ini dapat dicegah dengan melakukan pola hidup bersih dan sehat, diantaranya yaitu menjaga kebersihan diri dan lingkungan (rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan dan minuman, memastikan sirkulasi udara di rumah baik), mengoptimalkan aspek nutrisi (ASI eksklusif, konsumsi makanan bergizi seimbang, serta menerapkan aspek keamanan pangan dalam memasak), istirahat yang cukup, serta melakukan imunisasi sesuai jadwal," katanya.

Sedangkan Dr. dr. Retno Asti Werdhani, M.Epid mengatakan saat pandemi Covid-19 ini, kita sering mendengar adanya klaster keluarga. Klaster ini berawal dari seseorang yang sudah lebih dahulu tertular lalu menularkannya pada anggota keluarga lainnya.

"Hal ini dapat terjadi apabila salah satu anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah ternyata membawa pulang virus tersebut. Klaster keluarga berkontribusi hingga 85 persen terhadap peningkatan kasus positif," ungkap dr. Retno Asti, Komite Medik RSUI yang juga seorang dosen FKUI.

Baca Juga: Polisi Bakal Panggil Gisella dan Jesika Iskandar soal Viralnya Video Asusila yang Diduga Mirip Artis

Baca Juga: 83 Pegawai BJB Kantor Cabang Banten Dinyatakan Positif Covid-19

Dokter Asti memberikan beberapa tips untuk mewaspadai adanya klaster keluarga, diantaranya tetap menerapkan 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak), menghindari 3R (Ruang sempit, Rumpi, Ramai-ramai).

"Ketika pulang ke rumah harus langsung mandi dan mencuci baju karena kita tidak tahu apa yang kita bawa dari luar. Peran orang tua sebagai contoh bagi anak-anaknya sangatlah penting dalam menanamkan nilai-nilai penerapan terkait protokol kesehatan ini," ujarnya.

Sedangkan Ns. Mila Sri Wardani, S.Kep yang menyampaikan data Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bahwa 44 persen penyebab kematian anak di Amerika Serikat disebabkan oleh kecelakaan yang tidak disengaja.

Baca Juga: Jadwal Program RCTI 13 November 2020: Jangan Lupa Tonton Si Doel Anak Sekolah dan Ikatan Cinta

Baca Juga: Pilkades 2020 Ditunda, Tito Karnavian: Dapat Menimbulkan Penularan dan Penyebaran Covid-19

Anak-anak lebih berisiko mengalami cedera dibanding orang dewasa, beberapa alasan diantaranya yaitu (1) anak memiliki kulit yang lebih tipis dan mudah terluka, (2) ukuran kepala yang lebih besar dalam proporsi tubuhnya, (3) anak belum mengetahui bagaimana menjaga diri mereka dari kecelakaan.

(4) anak memiliki ukuran tangan dan kaki yang kecil yang memungkinkan lebih mudah masuk/tersangkut ke dalam lubang atau celah, serta (5) tinggi tubuh anak yang lebih pendek dibanding orang dewasa membuatnya kurang begitu terlihat (misalnya oleh pengendara di jalan).

Ners Mila memberikan beberapa tips mencegah cedera pada anak usia dini yaitu dengan mengawasi anak saat bermain di luar rumah atau saat berada dekat sumber air, jauhkan anak dari benda-benda tajam, runcing dan korek api, ajari anak untuk selalu mencuci tangan tiap setelah beraktivitas untuk menghindari terjadinya keracunan.

Selain itu hindari bentuk makanan yang besar atau ikan dengan banyak tulang untuk mencegah tersedak, hindari menggunakan alat bantu jalan, serta ajarkan anak nama, alamat, nomor telepon atau meminta bantuan saat tersesat.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah