Nyi Arnah, Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Ulama Perempuan Pertama Banten yang Mengajar di Mekah

- 1 Mei 2021, 02:30 WIB
Pondok Pesantren Daar al-Quran yang dikelola salah satu keturunan Nyi Arnah, di di Warung Gunung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Pondok Pesantren Daar al-Quran yang dikelola salah satu keturunan Nyi Arnah, di di Warung Gunung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. /Dok. Bantenologi/

Kala itu, orang Banten di Mekah merupakan koloni terbesar di banding daerah-daerah dari Nusantara lainnya masa itu.

Baca Juga: Ada Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Spirit Perjuangan dari Mekkah

“Tidak  ada satu tempat pun di Nusantara menandingi daerah Jawa bagian barat [Banten-red] yang keterwakilannya begitu lengkap karena keberadaan ulama dengan kualitas tingkat satu dan keberadaan pelajar dari semua tingkatan usia… sebagian besar tokoh-tokoh ulama yang tinggal di Kota Suci berasal dari daerah bekas Kesultanan Banten,” tulis Snouck Horgronje dalam laporan Mekka In The Latter Part of the 19th Century: Daily Life, Costoms and Learning The Moslims of the East-Indian Archipelago: Leyden: Late E.J. Brill, 2006.

“Bagi orang yang tinggal di Mekah, Banten dipandang, baik dari sudut moral maupun material, sebagai tempat yang mengirim begitu banyak pelajar dan orang haji. [Banten] salah satu daerah terbaik di Nusantara,” tulis Snouck Horgronje lebih lanjut.

Mengajar di Mekah dan Warisan Ilmu Qira’at

Pasca meninggalnya Syekh Nawawi Al Bantani pada 1314/1899, tadisi memperdalam ilmu agama di kalangan santri dari Banten yang tinggal di Mekah terus berlanjut.

Puluhan murid Syekh Nawawi Al Bantani masih meneruskan tradisi keilmuan dari karya kitab-kitabnya. Di antaranya, Nyi Arnah dari Cimanuk Pandeglang dan Nyi Maryam dari Bandung.

Baca Juga: Hikmah Ramadhan 18: Keutamaan Masjid dalam Kitab Tanqihul Qaul Karya Syekh Nawawi Al Bantani

Yang menonjol dari pengetahuan keislaman dari Nyi Arnah antara lain, bidang qira’at. Ilmu qiraat terdapat sepuluh macam, tapi yang memiliki otoritas hanya tujuh, seperti qira’at at hafs, qalun, kisa’i, hamzah, warasy.

“Hampir semua anak keturunan Nyi Arnah, baik yang berkiprah di Banten, Kuala Lumpur, Jakarta, dan Bogor, menonjol dalam bidang pengajaran ilmu mengenai tata cara membaca al-Quran ini. Sanad ilmiahnya sampai sekarang masih terus diberikan kepada santri yang belajar qira’at,” papar Mufti Ali.

Halaman:

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x