Pengertian Maksiat Hati, Kenali dan Simak Penjelasannya Menurut Imam Al Ghazali Dalam Kitab Bidayatul Hidayah

- 16 November 2021, 12:29 WIB
Ilustrasi - penyakit hati wajib diobati
Ilustrasi - penyakit hati wajib diobati /Pixabay/Ben Kerckx

Seandainya manusia mau menilai dirinya secara adil, maka mereka akan mendapati kenyataan bahwa sebagian besar dari ilmu dan ibadah, tambahan lagi amal-amal yang bersifat kebiasaan yang mereka lakukan untuk memperlihatkannya kepada manusia (riya’). Padahal  niat seperti itu menyebabkan terhapusnya pahala amal, sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits :

“ Sesungguhnya pada hari kiamat nanti ada orang yang mati syahid, namun diperintahkan untuk dimasukkan dalam neraka. Lalu ia berkata :”Ya Rabb, aku adalah orang yang terbunuh di jalan-Mu,” kemudian Allah swt berfirman :”Ya, tapi engkau melakukannya karena engkau ingin disebut sebagai pemberani, dan engkau telah memperoleh sebutan itu. Dan itulah balasan untukmu.

Dan ‘Ujub  (bangga diri dan sombong) semua itu pada hakikatnya merupakan penyakit kronis dan sulit disembuhkan.

Baca Juga: Peluang Juara Ganda Campuran Indonesia Terbuka Lebar di Indonesia Masters 2021, Ini Sebabnya

Ujub adalah memandang diri sendiri dengan pandangan penuh kemuliaan dan keagungan, sedangkan orang lain dipandang dengan pandangan yang merendahkan dan menghinakan.

Pada lisan sifat ini biasanya membuat seseorang senang berlata :”Aku, dan aku”. Hal ini sebagaimana ucapan Iblis terkutuk saat menolak perintah Allah untuk bersujud kepada Nabi Adam as:

”Aku lebih baik daripada dia .Aku Engkau ciptakan dari Api, sedangkan di Engkau ciptakan dari  (hanya) tanah,"

Buah dari perkumpulan ini adalah merasa dirinya sebagai yang tertinggi dan terdepan disbanding orang lain dan selalu mencari tempat yang membuatnya tampil di depan.

Sementara dalam sebuah diskusi atau perbincangan, buah dari sifat ini terwujud dalam sikap tidak mau menerima jika ada oranglain yang menolak pendapatnya.

Dan orang yang sombong adalah orang yang apabila dinasehati merasa enggan menerima nasehat itu, karena ia memandang remeh terhadap orang yang menasehatinya. Namun jika ia menasehati, ia akan melakukannya dengan sikap kasar dan suara keras.

Halaman:

Editor: Muh Iqbal Zikri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x