WhatsAPp Blokir Dua Juta Akun Hoaks, Kominfo Sebut Penyebar Hoaks Informasi Covid-19 Paling Banyak

- 19 November 2020, 20:05 WIB
Ilustrasi hoaks.
Ilustrasi hoaks. /Pixabay/Viarami/

SERANG NEWS - Informasi hoaks masih marak tersebar melalui media sosial dan pesan berantai WhatasApp. Informasi hoaks ini meningkat seiring terjadinya pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020.

Laporan WhatsApp menyebut sedikitnya ada dua juta akun penyebar hoaks telah diblokir. Direktur Komunikasi WhatsApp APAC Sravanthi Dev mengatakan WhatsApp telah mengembangkan mesin yang dapat mengidentifikasi sebuah pesan spam.

Mesin tersebut melakukan deteksi informasi spam dan melakukan pemblokiran sebagai upaya membendung menyebarnya informasi hoaks secara berantai.

Baca Juga: Pakar Hukum Pastikan Anies Baswedan Tidak Bisa Dimakzulkan Karena Pelanggaran Protokol Covid-19

Sravanthi Dev melanjutkan bahwa WhatsApp dalam beberapa tahun ini telah menyesuaikan rancangan produknya untuk membendung disinformasi, yaitu dengan membatasi ketentuan jumlah penerusan pesan (forwarded message) menjadi hanya ke lima kontak dalam satu waktu.

Hal ini membuat jumlah pesan yang diteruskan menurun hingga 25 persen. WhatsApp juga membarui pengaturan Privasi Grup sehingga pengguna dapat meningkatkan keamanan privasi mereka.

Kendati sudah membuat mesin pendetek spak, Sravanthi Dev mengatakan bahwa peran aktif dari pengguna WhatsApp juga tetap sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah disinformasi ini.

Baca Juga: Kuota Internet Gratis Dari Kemdikbud Kembali Cair, Cek di Sini untuk Cara Mendapatkannya

"Ketika kamu melihat pesan berisi spam atau yang tidak ingin dilihat, kami ingin anda melaporkan pesan itu sebagai spam dan kita akan mengambil tindakan," kata Sravanthi Dev dalam jumpa pers virtual yang dikutip Serangnews.com dari Antara, Kamis 18 November 2020.

Selain itu, WhatsApp memperkenalkan label ‘diteruskan/forwarded’ (panah tunggal) dan ‘sering diteruskan/highly forwarded’ (panah ganda), untuk mendorong agar pengguna berpikir dua kali sebelum meneruskan lagi pesan tersebut. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini yang menurut dia semakin banyak pesan hoaks yang beredar.

"Saat pandemi ini terjadi di bulan April, kami membatasi pesan yang sering diteruskan hanya ke satu chat saja," ujar Sravanthi Dev.

Baca Juga: Habib Rizieq Dikabarkan Bakal Safari Dakwah Ke Banten

Pemblokiran WhatsApp seiring fokus Kementerian Komunikasi dan Informatika (Keminfo) yang melakukan penyisiran sebaran informasi yang menyebab mis informasi dan hoaks di masa pandemi.

Berdasarkan data Keminfo sejak 23 Januari hingga 18 Oktober 2020, tercatat konten hoaks seputar Covid-19 beredar di media sosial. Sementara yang sudah diturunkan (take down) berjumlah 1.759.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kominfo, Semuel Pangerapan mengatakan Kominfo dalam menangani konten yang berpotensi hoaks, selalu melakukan pengujian fakta, verifikasi, informasi yang masuk, ke beberapa pihak.

Baca Juga: Sinetron Ikatan Cinta Kamis 19 November 2020, 6 Bulan Andin dengan Cinta, Al dengan Dendam

Jika memang informasi tersebut, setelah diverifikasi adalah tidak benar, kementerian akan memberi stempel hoaks terhadap konten tersebut.

"Kami perlu melakukan pengendalian, bukan untuk membatasi kebebasan berekspresi masyarakat atau kebebasan berpendapat. Tapi, situasi pandemi ini kami perlu meluruskan informasi-informasi yang salah agar tidak meresahkan masyarakat," kata Semuel Pangerapan.

Kominfo mengidentifikasi terdapat tiga jenis infodemi yang beredar di Indonesia, yang pertama berupa disinformasi, yakni informasi sengaja dibuat salah untuk mendestruksi apa yang sudah beredar.

Kedua, malinformasi yaitu info faktual, namun dibuat untuk orang tertentu dengan tujuan tertentu dan infodemi berupa misinformasi, yaitu informasi yang diberikan tidak tepat, namun, tidak ada unsur kesengajaan.***

Baca Juga: Polemik Penindakan Kerumunan Massa, Azis Syamsuddin: Tak Perlu Berdebat yang Salah untuk Pembenaran

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah