PDIP Diduga Sensi dengan Jokowi Lantaran Dirayu Partai Lain Soal Ini, Berikut Kata Fahri Hamzah

16 April 2022, 06:48 WIB
PDIP Diduga Sensi dengan Jokowi Lantaran Dirayu Partai Lain Soal Ini, Berikut Kata Fahri Hamzah. /Tangkapan layar Instagram/@fahrihamzah/@jokowi//

SERANG NEWS- Politikus Partai Gelora, Fahri Hamzah menduga PDIP sensi dengan Jokowi Lantaran tengah dirayu sebuah partai untuk menjadi ketua umumnya.

Lalu benarkah demikian apa yang dikatakan Fahri Hamzah? Berikut penjelasan mantan politikus PKS itu yang dikutip SerangNews.com dari kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored yang tayang Jumat 15 April 2022.

Fahri Hamzah mengungkap, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dinilai sedang dekat dengan partai yang selama ini dianggap lawan dari PDIP.

Walau tak menyebut nama partainya secara jelas. Namun Fahri Hamzah mengatakan kedekatan itu membuat PDIP sensi terhadap Jokowi.

Baca Juga: Profil Hasyim Asyari Mantan Satkorwil Banser Jateng Dilantik Jokowi sebagai Ketua KPU 2022-2027

Fahri menambahkan, akar perpecahan antara Jokowi dan PDIP saat ini ketika diduga Presiden yang merasa lebih banyak terbantu oleh pengusaha daripada partai sendiri.

"Nah inilah yang menyebabkan kemudian partainya merasa ya kalau kita secara frontal ya, karena kita kan tahu di partai mana banyak pengusaha dan pemimpin partai mana Berasal dari alumni partai mana, gitu. Itu musuh bebuyutannya PDIP," tutur Fahri Hamzah, saat dialog dengan Akbar Faizal di kanal YouTubenya, Sabtu 16 April 2022.

"Jadi PDIP juga sensi juga ngelihat kok kader kita ini kan tiba-tiba ke sebelah sana lebih banyak, karena bekerja dengan pengusaha tadi," kata Fahri Hamzah.

"Lalu dilihat oleh orang, bukan kita yang ngomong ya, tapi dilihat secara oleh orang agak secara kasar itu memotongnya sekarang ini," ucapnya seraya menambahkan.

JokowiBaca Juga: Tanggapan Presiden Jokowi soal Demo Mahasiswa 11 April 2022: Wacana 3 Periode, BBM dan Minyak Goreng

Semua itu lanjut Fahri Hamzah merupakan sebuah konsekuensi masa lalu yang harus diterima PDIP saat ini.

Termasuk akibat dari tidak mengatur sistemnya secara baik, misalnya soal koalisi dan sebagainya. Seolah-olah dalam presidensialisme ada koalisi.

Apalagi ketika Jokowi jadi presiden. PDIP seharusnya tidak boleh merasa bahwa mantan Gubernur DKI Jakarta itu adalah milik partainya.

Pasalnya, ada partai lain yang merasa lebih dekat dengan Jokowi, bahkan mengincarnya menjadi Ketua Umum (Ketum).

Baca Juga: Soal Wacana Jokowi 3 Periode, Wiranto Turun Gunung, Begini Respons Beserta 4 Alasannya

"Begitu Pak Jokowi jadi presiden, PDIP gak bisa merasa itu adalah presidennya karena ada partai lain yang merasa di partainya itu lebih dekat dengan Pak Jokowi," ujar Fahri Hamzah.

Oleh karena itu kata Fahri Hamzah, dalam presidensialisme tidak ada yang namanya koalisi, dan tidak harus ngumpul seharusnya.

"Harusnya masing-masing partai punya calon, itu yang saya usulkan, di putaran pertama semua yang merasa maju, sanggup, maju, nggak perlu ada threshold harusnya. Sehingga nanti nggak boleh ada yang mengatakan 'ini kader saya loh' kata partai," tutupnya kepada Akbar Faizal.***

Editor: Muh Iqbal Zikri

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler