SERANG NEWS – Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merayakan hari jadi yang ke-74. Sebagai organisasi mahasiswa Islam, HMI resmi terbentuk pada 5 Februari 1947, di ruang kelas Sekolah Tinggi Islam (STI) yang kini berganti menjadi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta.
Adalah seorang Lafran Pane yang menggagas dibentuknya organisasi HMI.
”Sesungguhnya, tahun-tahun permulaan riwayat HMI adalah hampir identik dengan kehidupan Lafran Pane sendiri. Karena dialah yang punya andil terbanyak pada mula lahirnya HMI kalau tidak boleh kita katakan sebagai tokoh pendiri utamanya.” (Media, No.7 Th. III. Rajab 1376 H/ Februari 1957,h. 32). SerangNews.com mengutip dari Modul Pedoman LK I Basic Training HMI Cabang Ciputat 2018. Dikutip Jumat 5 Februari 2021.
HMI dan Lafran Pane tidak bisa dipisahkan. Identitas keduanya sangat melekat menjadi satu.
HMI lahir dari pergolakan pemikiran Lafran Pane atas aksi penjajahan Belanda atas Indonesia dan tuntutan perang merebut kemerdekaan.
Lafran juga membaca adanya kesenjangan dan kejumudan umat Islam dalam pengetahuan, pemahanan dan penghayatan serta pengamalan ajaran Islam.
HMI lahir karena adanya kebutuhan akan pemahaman, penghayatan keagamaan umat Islam di Indonesia dan munculnya polarisasi politik antara kelompok agama khususnya Islam dengan nasionalis.
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta Jumat 5 Februari 2021, Andin Cecar Elsa: Kamu Hamil Anaknya Siapa?
Baca Juga: 8 Manfaat Minum Teh, Bisa Mencegah Kanker dan Diabetes
Titik fokus Lafran Pane adalah kedudukan Perguruan Tinggi dan dunia kemahasiswaan yang strategis.
Sejarah Singkat Pembentukan HMI
Pada mulanya, Lafran begitu aktif melakukan langkah konsolidasi pembentukan HMI.
Mahasiswa tingkat I itu kemudian tampil bagai bintang. Ia mengadakan pembicaraan dengan teman-temannya mengenai gagasan membentuk organisasi mahasiswa bernapaskan Islam. Dengan maksud mencari dukungan, sejumlah pertemuan digelar.
Ia mengundang para mahasiswa Islam yang berada di Yogyakarta baik di Sekolah Tinggi Islam, Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada dan Sekolah Teknik Tinggi, untuk menghadiri rapat, guna membicarakan maksud tersebut.
Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta Jumat 5 Februari 2021, Andin Cecar Elsa: Kamu Hamil Anaknya Siapa?
Rapat-rapat ini dihadiri kurang lebih 30 orang mahasiswa yang di antaranya adalah anggota Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia. Rapat-rapat yang digelar tidak menghasilkan kesepakatan.
Namun Lafran Pane mengambil jalan keluar dengan mengadakan rapat tanpa undangan, yaitu dengan mengadakan pertemuan mendadak yang mempergunakan jam kuliah Tafsir oleh Husein Yahya.
Baca Juga: Cair Lagi Bulan Februari 2021, Begini Cara Cek Daftar Penerima BST Rp300 Ribu
Pada tanggal 5 Februari 1947 (bertepatan dengan 14 Rabiulawal 1366 H), di salah satu ruangan kuliah Sekolah Tinggi Islam di Jalan Setyodiningratan 30 (sekarang Jalan Senopati) Yogyakarta, masuklah Lafran Pane yang langsung berdiri di depan kelas dan memimpin rapat yang dalam prakatanya mengatakan
"Hari ini adalah rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam, karena semua persiapan yang diperlukan sudah beres". Ujar Lafran.
Baca Juga: Sinopsis Love Story Jumat 5 Februari 2021, Mendekam di Penjara, Wilantara Emosi ketemu Papanya Maudy
Kemudian ia meminta agar Husein Yahya memberikan sambutan, tetapi dia menolak dikarenakan kurang memahami apa yang disampaikan sehubungan dengan tujuan rapat tersebut.
Pernyataan yang dilontarkan oleh Lafran Pane dalam rapat tersebut adalah sebagai berikut:
“Rapat ini merupakan rapat pembentukan organisasi Mahasiswa Islam yang anggaran dasarnya telah dipersiapkan," ujarnya.
Baca Juga: Update Harga Emas Hari Ini, Jumat 5 Februari 2021: Turun lagi Rp879.000 per Gram
"Rapat ini bukan lagi mempersoalkan perlu atau tidaknya ataupun setuju atau menolaknya untuk mendirikan organisasi Mahasiswa Islam. Di antara rekan-rekan boleh menyatakan setuju dan boleh tidak. Meskipun demikian apapun bentuk penolakan tersebut, tidak menggentarkan untuk tetap berdirinya organisasi Mahasiswa Islam ketika itu, dikarenakan persiapan yang sudah matang,” ujar Lafran.
Setelah dicerca berbagai pertanyaan dan penjelasan, rapat pada hari itu dapat berjalan dengan lancar dan semua peserta rapat menyatakan sepakat dan berketetapan hati untuk mengambil keputusan.
"Hari Rabu Pon 1878, 15 Rabiulawal 1366 H, tanggal 5 Februari 1947, menetapkan berdirinya organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dengan tujuan Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat Rakyat Indonesia dan Menegakkan dan mengembangkan ajaran agama Islam," ujar Lafran.
Mengesahkan anggaran dasar Himpunan Mahasiswa Islam. Adapun Anggaran Rumah Tangga akan dibuat kemudian.
Baca Juga: Demi Ikatan Cinta, Warga Kota Serang Rela Pergi ke Bogor Nonton di Lokasi Syuting
Dalam proses sejarahnya, ide pembentukan HMI hanya disambut 14 mahasiswa STI lain yang hadir dalam rapat.
Mahasiswa yang hadir dalam proses pembentukan HMI saat itu adalah Lafran Pane (Yogya), Karnoto Zarkasyi (Ambarawa), Dahlan Husein (Palembang), Siti Zainah (Palembang), Maisaroh Hilal (Singapura), Soewali (Jember), Yusdi Ghozali ( Pendiri PII-Semarang), Mansyur Anwar (Malang), Hasan Basri (Surakarta), Marwan (Bengkulu), Zulkarnaen (Bengkulu), Tayeb Razak (Jakarta), Toha Mashudi (Malang), dan Bidron Hadi (Yogyakarta).
Baca Juga: Terbakar Cemburu, Istri Tega Bakar Suami di Ciputat, Polisi Buru dan Dalami Motifnya
Agar mengukuhkan eksistensi HMI, dibentuk pengurus HMI yang pertama dengan susunan:
Ketua: Lafran Pane
Wakil Ketua: Asmin Nasution
Penulis I: Anton Timoer Djailani
Penulis II: Karnoto Zarkasyi
Bendahara I: Dahlan Husein
Bendahara II: Maisaroh Hilal, Soewali
Anggota: Yusdi Gozali, Mansyur
Kini, 74 tahun sudah HMI resmi berdiri. Banyak ribuan bahkan jutaan mahasiswa yang menjadi bagian dari HMI. Bahkan, ribuan alumni HMI pun diketahui banyak yang tampil sebagai pemimpin di sejumlah lembaga tinggi negara tanah air.
Baca Juga: Jangan Lewatkan! Sinetron Jodoh Wasiat Bapak 2 Tayang Hari Ini di ANTV, Ada Trio Gesrek
Di usia ke-74 tahun, sudah saatnya kembali berjuang melaksanakan cita-cita para pendiri. Hal ini agar terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT bisa terwujud.
Baca Juga: Sinopsis Love Story Jumat 5 Februari 2021, Mendekam di Penjara, Wilantara Emosi ketemu Papanya Maudy
HMI juga telah melewati berbagai dinamika organisasi. Puncaknya saat HMI terpecah dua kubu yakni HMI Dipo dan HMI Mpo lantaran adanya tekanan dari Orde Baru untuk mengubah azaz tunggal Pancasila. ***