Pada tahun 1917 wafatnya
Menggadua di Jakarta beliau dimakamkannya.
Catatan: dalam puisi tersebut tercatat ketidaktepatan tanggal lahir Tirto yang semestinya 1880 ditulis 1875, dan tahun meninggalnya yang semestinya 1918 ditulis 1917. Pram juga meralat kesalahan tahun itu dalam uraiannya apda buku Sang Pemula.
Baca Juga: Mewarisi Spirit Raden Mas Tirto Adhi Soerjo
“Syair sederhana tersebut, dengan sejumlah kekurangannya,---a.l tahun lahir dan meninggalnya tidak akurat---, mencerminkan pengetahuan umum tentang R.M. Tirto Adhi Soerjo mulai penggal kedua dasawarsa kedua sampai dasawarsa keenam, yaitu terbatas pada tahun lahir dan meninggal, pendidikan, keturunan, karir jurnalistik, pembuangannya ke Lampung dan kuburannya. Itu pun sudah dinilai lumayan,” tulis Pram.
Para Penasihat Urusan Pribumi Hindia Belanda, lanjut Pram, nampaknya memang telah berhasil menampilkannya sebagai orang tidak karuan. Bahkan menghilangkan jejaknya dari gerakan politik arsip.
Diungkapkannya, Dr. C Snouck Hurgronje yang pertama-tama melakukannya pada 1902. Dr G.A.J Hazeu meneruskan jejaknya.
Sedangkan Dr. D.A Rinkes telah memojokannya secara sistematis antara 1912 dan 1915. Bekas Asisten Residen J.T.h Petrus Blumberger dalam tulisannya untuk referensi Sarekat Islam, setidak-tidaknya mengukuhkan yang dilakukan Snouck Hurgronje-Hazeu-Rinkes.
“Baru pada 1931, ia memberikan penilaian lebih proporsional. Namun terasa masih belum memadai untuk seorang tokoh seperti Tirto, seorang dari orang-orang penting pada tahun-tahun awak gerakan nasionalistis Indonesia,” papar Pram. ***