DPR Pertanyakan Analisis dan Konsep Pembangunan Infrastruktur Pariwisata di Pulau Rinca NTT

- 24 November 2020, 18:43 WIB
Ilustrasi pejabat
Ilustrasi pejabat /Pixabay/jmexclusives/

SERANG NEWS - Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi V, Johan Rosihan mempertanyakan analisis dan konsep pembangunan infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca NTT agar tidak mengancam keutuhan ekosistem satwa endemis.

Pemerintah, sambung Johan, harus menyadari bahwa lahan pembangunan tersebut merupakan daerah konservasi sehingga berpotensi mengganggu kehidupan satwa.

"Sekali lagi saya tegaskan bahwa kepentingan pariwisata tidak boleh mengalahkan urgensi menjaga Kawasan konservasi," katanya dikutip Serangnews.com dari Antara Selasa 24 November 2020.

Baca Juga: Pemda Diminta Segera Usulkan Daftar Guru Honorer Jadi PPPK

Johan juga meminta jaminan kepada seluruh pihak terkait bahwa pembangunan tersebut tidak merusak keaslian habitat Komodo.

Johan menekankan, agar pemerintah menjadikan infrastruktur berperan sebagai pendukung pelestarian populasi spesies berserta habitatnya serta berdampak baik bagi perekonomian nasional.

Sebelumnya diberitakan Serangnews.com wisata alam Loh Buaya di Pulau Rinca, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) direncanakan bakal dilakukan pembangunan sarana dan prasarana.

Baca Juga: Ini Pesan DPR Soal Pembangunan Sarana dan Prasarana di Wisata Alam Loh Buaya di Pulau Rinca

Hal itu mendapat respon dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Komisi V RI Johan Rosihan.

Ia mengatakan dalam pembangunan sarana prasarana di sektor parawisata tidak boleh mengabaikan habitat asli yang tersebar disejumlah pulau.

Termasuk juga dalam pembangunan sarana prasaran di Pulau Rinca, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) tidak boleh mengabaikan habitat buaya.

Baca Juga: Pencegahan Korupsi Provinsi Banten Peringkat Dua Nasional, WH: Penertiban dan Pengamanan Aset Daerah

"Kepentingan pariwisata juga tidak boleh mengabaikan kepentingan menjaga habitat asli dan konservasi Komodo sebagai jenis kadal terbesar di seluruh dunia yang masih bertahan hidup," katanya dikutip Serangnews.com dari Antara Selasa 24 November 2020.

Ia menyatakan, bahwa aspek lingkungan harus menjadi prioritas dan harus ada upaya restorasi habitat untuk mengembalikan fungsi habitat yang terdampak proses pembangunan sarana dan prasarana wisata alam Loh Buaya tersebut.

Johan juga menjelaskan, bahwa diperlukan kajian komprehensif tentang dampak adanya bangunan baru atau infrastruktur pariwisata terhadap perilaku satwa liar di Loh Buaya tersebut.

"Bahkan hal yang sangat penting saat ini ialah melakukan penataan sarpras pariwisata terhadap ekosistem, karena proses pembangunan dan aktivitas manusia pasti akan selalu menimbulkan dampak gangguan bagi ekosistem," jelas Johan.***

 

Editor: Adi R

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x