Banten Lama disandingkan dengan Amsterdam lantaran kanal-kanalnya. Dahulu kala, warga Banten Lama terbiasa bersampan melalui kanal untuk bepergian.
Selain saluran transportasi, kanal juga melengkapi pertahanan. Tembok kota dikelilingi dengan kanal.
Seperti Amsterdam, hiruk-pikuk pedagang pula yang menjadikan Banten Lama sebagai kota pelabuhan megah. Salah satunya, Pelabuhan Karangantu.
Baca Juga: Kisah Sultan Ageng Tirtayasa dan Bangsawan Banten Mancing sambil Pantau Pembangunan Kanal di Tanara
Di pelabuhan ini, warga lokal bertransaksi dengan saudagar, tak hanya dari dalam, tetapi juga luar negeri. Lada adalah komoditas utama Kesultanan Banten.
Pelabuhan Karangantu juga riuh rendah dengan perdagangan madu, beras, kelapa, dan obat-obatan. Pedagang Tiongkok, Gujarat, Abyssinia, Jepang, Portugis, dan Turki datang berduyun-duyun.
Baca Juga: 10 Kerajaan Terbesar dan Paling Berpengaruh di Nusantara, dari Majapahit hingga Kesultanan Banten
Mereka menjual sutra, keramik, permata, dan porselen. Kedaulatan Kesultanan Banten dianggap setara dengan negara-negara berpengaruh
Dalam buku Sejarah Banten yang disusun tim beranggotakan tujuh orang dengan ketua Yoseph Iskandar dan diterbitkan Tryana Sjam’un Corp tahun 2001 dijelaskan, para duta besar Kesultanan Banten dikirim ke Inggris.