SERANG NEWS – Orang China di Provinsi Banten bukan hal baru. Sejak masa Banten Girang hingga Kesultanan Banten, mereka telah tinggal dan membaur, bahkan memiliki peranan penting.
Kehadiran orang China atau komunitas masyarakat Tionghoa di Banten memiliki bentang sejarah panjang. Kehadirannya juga memberi corak warna yang melebur pada kehidupan masyarakat Banten.
Jejak itu dapat terlihat pada beberapa artefak, yang sampai saat ini masih bisa dijumpai. Sebut saja, Kampung Pacinan di Kasemen.
Baca Juga: Sejarah Imlek dan Komunitas Tionghoa di Indonesia, Suram saat Orde Baru, Merdeka di Masa Gus Dur
Eks Chinatown pada masa Kesultanan Banten ini, masih bisa dijumpai reruntuhannya dari menara Masjid Pacinan Tinggi, yang dahulunya menjadi tempat ibadah bagi Tionghoa muslim.
Sekira 500-an meter dari kawasan itu, terdapat Vihara Avalokitesvara. Permukiman lainnya, terdapat di Tangerang atau yang populer dengan sebutan China Benteng.
Rekam jejak sejarah kehadiran bangsa Tionghoa sudah berlangsung sejak permulaan abad, masa Kerajaan Banten Girang. Catatannya terdapat dalam dokumen pelayaran berjudul Shungfeng Xiangsong, pada medio 1500.
Dokumen yang dirujuk Arkeolog Perancis Claude Guillot untuk menulis buku berjudul ‘Banten: Sejarah dan peradaban abad X-XVII’. Dalam buku itu, sudah disebutkan kata Wan-tan dan Shunt'a untuk menyebut Banten atau Sunda.