Meski menaranya dibangun arsitek Belanda, corak pengaruh arsitek China terlihat dari desain bangunan atap lima lapisan limas yang menyerupai pagoda Tiongkok.
“Atap itu dibuat oleh arsitek asal Tiongkok bernama Tjek Ban Tjut,” katanya.
Jejak lainnya terlukis pada bangunan Masjid Pacinan Tinggi. Termasuk Wihara Avalokitesvara yang menjadi perhatian Kesultanan Banten kepada warga Tionghoa.
Baca Juga: Kisah Sultan Ageng Tirtayasa dan Bangsawan Banten Mancing sambil Pantau Pembangunan Kanal di Tanara
Apalagi, seiring ramainya mereka datang ke Banten banyak non pedagang seperti rohaniwan yang ikut masuk ke Banten.
“Di tengah kesibukan dagang mereka butuh media mencurahkan spiritualnya. Makanya, mereka datang untuk mendakwahkan itu, atau paling tidak untuk komunitasnya,” kata Mukti.
Keberadaan wihara dinilai menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dan warga Banten pada umumnya bisa menerima perbedaan.
“Ini bukti bahwa kebudayaan dan keyakinan lain bisa hidup harmonis di Banten,” katanya.***