Nama Banten dan Sunda pada Dokumen Pelayaran Orang China di Masa Banten Girang hingga Kesultanan Banten

- 24 Januari 2022, 21:50 WIB
vVhara Avalokitesvara di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten yang menjadi salah satu bukti kerukunan hidup dengan orang China atau etnis Tionghoa.
vVhara Avalokitesvara di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten yang menjadi salah satu bukti kerukunan hidup dengan orang China atau etnis Tionghoa. /Ken Supriyono/SerangNews.com/

SERANG NEWS - Rekam jejak kehadiran etnis Tionghoa sudah berlangsung sejak permulaan abad masa Kerajaan Banten Girang.

“Dalam dokumen pelayaran berjudul Shungfeng Xiangsong pada media 1500 yang ditulis sejarawan Perancis Claude Guillot, sudah disebutkan kata Wan-tan dan Shunt'a untuk menyebut Banten atau Sunda,” kata peneliti Banten Heritage Dadan Sujana dalam diskusi dengan awak SerangNews.com beberapa waktu lalu.

Masa itu, Kerajaan Banten Girang dikenal sebagai negara pesisir yang menyandarkan perekonomian pada perdagangan lada. Kerajaan ini menjalin hubungan dengan Tiongkok.

Baca Juga: Sejarah Awal Orang China Masuk Banten: Temuan Artefak hingga Peranan di Masa Kesultanan Banten

Salah satu buktinya banyak ditemukan keramik-keramik China dari berbagai Dinasti China pada abad 12-13 pada situs eks Kerajaan Banten Girang.

Bukti itu, kini disimpan pada Museum Purbakala Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang.

Menurut Dadan, kemungkinan etnis Tionghoa sudah hadir pada permulaan abad. Namun, dokumen resmi menyebut kehadiran mereka abad kesepuluh.

Terlebih, pada abad ke-13 sampai abad ke-14, perekonomian Banten Girang dengan lada sebagai komoditas utamanya mengalami perkembangan berkat digalakkan perdagangan dengan China.

Baca Juga: Kisah Petilasan Pendakwah Islam di Tangerang, Raden Surya Kencana dalam Altar Kelenteng Boen San Bio

Sejarawan Banten Mufti Ali menyebut, beberapa situs etnik Tionghoa banyak dijumpai hingga pelosok Banten.

Di antaranya, di daerah Pegunungan Cimuncang, Mandalawangi, kaki Gunung Karang, Jiput, dan Carita. Di daerah itu banyak dijumpai warga yang secara fisik mirip dengan orang-orang Tiongkok.

Menurutnya, kedatangan orang-orang Tionghoa didorong dengan motif perdagangan. Namun, sebagai bangsa yang praktis dan ingin tetap survive di negeri perantauan sebagian dari mereka juga mengembangkan pertanian.

Baca Juga: Asal Usul Sebutan China Benteng dan Kedatangan Pertama Orang Tionghoa di Teluknaga Tangerang

“Dari proses itu diduga mereka mulai menyebar hingga ke pelosok-pelosok Banten,” kata doktor lulusn Leiden University Belanda ini.

Masa Kesultanan Banten

Pada masa Kesultanan Banten dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa, dua orang China yang benama Kaytsu dan Cakradana diangkat sebagai penasihat sekaligus kepala syahbandar.

Dua asisten asal China itu membuat Banten tumbuh menjadi salah satu bandar dagang perekonomian dunia.

Corak budaya yang paling mudah dilihat secara kasatmata, tersaji pada beberapa bangunan di eks Kesultanan Banten.

Baca Juga: Kaytsu dan Cakradana, Dua Sosok Penasihat Asal China yang Bawa Kesultanan Banten Capai Kejayaan

Meski menaranya dibangun arsitek Belanda, corak pengaruh arsitek China terlihat dari desain bangunan atap lima lapisan limas yang menyerupai pagoda Tiongkok.

“Atap itu dibuat oleh arsitek asal Tiongkok bernama Tjek Ban Tjut,” katanya.

Jejak lainnya terlukis pada bangunan Masjid Pacinan Tinggi. Termasuk Wihara Avalokitesvara yang menjadi perhatian Kesultanan Banten kepada warga Tionghoa.

Baca Juga: Kisah Sultan Ageng Tirtayasa dan Bangsawan Banten Mancing sambil Pantau Pembangunan Kanal di Tanara

Apalagi, seiring ramainya mereka datang ke Banten banyak non pedagang seperti rohaniwan yang ikut masuk ke Banten.

“Di tengah kesibukan dagang mereka butuh media mencurahkan spiritualnya. Makanya, mereka datang untuk mendakwahkan itu, atau paling tidak untuk komunitasnya,” kata Mukti.

Keberadaan wihara dinilai menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten dan warga Banten pada umumnya bisa menerima perbedaan.

“Ini bukti bahwa kebudayaan dan keyakinan lain bisa hidup harmonis di Banten,” katanya.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Buku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah