SERANG NEWS – Museum Negeri Banten menjadi saksi sejarah masa Pemerintah Kolonila Belanda di pusat Kota Serang. Gedung bersejarah itu telah menjadi pusat budaya.
Senja merona merah, ratusan orang berkumpul di pelataran Jalan Brigjen KH Syam'un Nomor 5, Kota Serang. Penuh riang, mereka menyambut hari bersejarah pengukuhan Museum Negeri Banten.
Hari bersejarah itu terjadi pada Kamis, 29 Oktober 2017. Masa bergantinya gedung yang didesain arsitek Horst sebagai pusat kebudayaan. Gedung putih itu bukan lagi simbol pusat kekuasaan.
Pernik-pernik kekuasaan masih terasa. Namun, dalam bentuk koleksi museum. Sebut saja, mahkota magis Kesultanan Banten. Mahkota kebesaran Kesultanan Banten yang berlapis emas dan batu permata.
Konon, koleksi masterpiece itu sudah ada sejak masa Kesultanan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Muhammad Rafiudin. Mahkota bermotif daun dengan sulur terbuka itu bersanding dengan keris pusaka Sultan Muhyi. Senjata utama raja lengkap dengan warangka atau sarungnya.
Tak hanya mahkota dan keris pusaka, beragam benda bersejarah tampak terpampang berikut seluk-beluk sumbernya. Mulai dari koleksi replika batu bertulis Cidangyang Munjul Pandeglang, arca Ganesha di Panaitan, dan miniatur punden berundak di Kabupaten Lebak.
Bahan bangunan seperti bata, ubin, serta keramik juga ada. Bahan bangunan itu bukan bahan bangunan biasa. Dulunya, bahan-bahan tersebut menjadi penyokong bangunan Istana Surosowan.
Baca Juga: Potret Sejarah Pendidikan Banten Masa Lalu 2: Pro Kontra Berdirinya Sekolah OSVIA di Kota Serang