Baca Juga: Nyi Arnah, Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Ulama Perempuan Pertama Banten yang Mengajar di Mekah
Dia meletakkan tiga pilar utama kesatuan yakni, keesaan Tuhan, kesatuan sumber surgawi dari semua agama, dan kesatuan umat manusia.
"Sebuah konsepsi 'kesatuan dalam keanekaragaman'," tulis keterangan tersebut sebagaimana dikutip SerangNews.com dari bahai.id, Selasa 27 Juli 2021.
Baha'i awalnya berkembang secara terbatas di Persia dan beberapa daerah lain di Timur Tengah yang pada saat itu merupakan wilayah kekuasaan Turki Usmani.
Sejak awal kemunculannya, komunitas Bahá'í Timur Tengah khususnya di Persia menghadapi persekusi dan diskriminasi yang berkelanjutan.
Pada awal abad kedua puluh satu, penganutnya mencapai lima hingga delapan juta jiwa yang berdiam di lebih dari dua ratus negara dan teritori di seluruh dunia.
Baca Juga: Ucapan Selamat Hari Raya dari Menag Yaqut Cholil Qoumas Viral, Bagaimana Cara Ibadah Agama Baha'i?
Asal Usul Ajaran Baha'u'llah
Iman Baha'i dimulai dengan misi yang dipercayakan oleh Tuhan kepada dua Utusan Ilahi—Báb dan Baha'u'llah yang diyakini memberi bimbingan kepada umat manusia.
Garis itu disebut sebagai Perjanjian yang dimulai dari Baha'u'lláh ke Putranya 'Abdu'l-Baha, kemudian dari 'Abdu'l-Baha ke cucunya, Shoghi Effendi, dan Dewan Keadilan Universal.