Kelak, Banten bertumbuh sebagai negeri gemah ripah loh jinawi, yang perekonomiannya bertumpu pada pertanian dan perdagangan.
Baca Juga: Sejarah Awal Orang China Masuk Banten: Temuan Artefak hingga Peranan di Masa Kesultanan Banten
Visi Hasanuddin dilanjutkan sang putra Mahkotanya, Maulana Yusuf (1570-1580). Bangunan keraton diperkuat dengan benteng dan kanal. Hendrick Lucas Cardeel didapuk sebagai sang arsitek. Pembangunan Masjid Agung Banten dirampungkan. Juga pendirian Masjid Kasunyatan.
Area persawahan baru dibuka. Irigasi dibangun sampai terbangunnya Danau Tasikardi.
Terperangah Cornelis de Houtman, saat kapal ekspedisinya mendarat di Banten 1596. Ia seolah melihat Amsterdam hasil sentuhan Cardeel di ujung barat Pulau Jawa.
Banten kala itu, memang sedang bertumbuh sebagai kota kosmopolitan yang menarik saudagar-saudagar dunia berlabuh.
Kemegahan Banten memuncak saat tahta raja dipundak Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672). Lahan pertanian hingga pusat-pusat perekonomian baru terus bertumbuh.
Masa itu, komoditas lada menjadi primadona pangsa pasar dunia. Banten pun berhasil menjadi kerajaan yang disegani dunia.
Masa puncak mulai meredup saat Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan putranya, Sultan Haji, pada 1952. Bersamaan ini, cengkaraman politik Vereenigde Oostindische Compagnie atau VOC, Belanda, menguat ke dalam kebijakan keraton.