Jauh sebelum OSVIA berdiri, Mufti memotret keberadaan sekolah khusus bangsa Eropa. Keberadaan sekolah itu tidak lepas adanya komite sekolah.
Dari penggalian arsip di Belanda, Mufti menemukan besluit atau surat keputusan pergantian anggota komisi sekolah yang ditandatangani gubernur jenderal, tertanggal 18 Desember 1869.
ELS tercatat sebagai sekolah tertua di Banten. Anak-anak pribumi tidak diizinkan masuk sekolah itu. Bahkan di era 1900, ketika kebijakan politik etis diberlakukan Belanda, sekira 63 siswa yang tercatat, tidak ada satu pun warga pribumi.
Baca Juga: Nyi Arnah, Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Ulama Perempuan Pertama Banten yang Mengajar di Mekah
Anak-anak pribumi baru masuk pada 1925. Puncaknya pada 1934, di mana 60 persen siswanya berasal dari pribumi.
“Meningkatnya pendaftaran dari siswa bumi putra menjadi warna tersendiri bagi sekolah ini,” kata Mufti.
Tidak hanya Serang, ELS di Banten juga berdiri di Rangkasbitung dan Tangerang.
Peneliti Banten Heritage Dadan Sujana menyebut, tumbuh suburnya sekolah di Kota Serang tak lepas dari masa perpindahan pusat kekuasaan dari Banten Lama ke Serang.
Serang yang semula ladang persawahan dijadikan pusat kekuasaan pada masa kepemimpinan Daendels.
“Kolonial harus bikin Kota Serang ini baru dan menghapuskan jejak kesultanan,” katanya.