Sedangkan, level lanjutan, terdiri atas kitab sittin, tasrifah, amil jurumiah, dan sarah sittin.
Laporan yang dirujuk Mufti Ali dalam menulis biografi ulama Banten itu, juga mengungkap ulama-ulama kondang Lebak pada masanya yang mendaras kepada Kiai Sahal.
Mereka adalah, Kiai Samaun dari Desa Montare, Rangkasbitung, KH M Shaleh dari Desa Kumpay Rangkasbitung, dan KH Marjasdi yang tinggal di Desa Kancang Kulon, Rangkasbitung.
“Bukti itu menguatkan popularitas Kiai Sahal di kalangan para santri dan ulama di Banten,” kata Mufti.
Berjalannya waktu, pondok pengajian sekaligus tempat tinggal Kiai Sahal berkembang menjadi perkampungan. Sayangnya, jejak artefak sang peletak dasar keilmuan Nawawi tak meninggalkan bekas fisik.
Perkampungan yang namanya merujuk pada banyaknya pohon bernama Lopang itu, kini dikenal sebagai Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang. Kelurahan padat penduduk yang terbagi atas Lingkungan Lopang Cilik dan Lopang Gede.
Berderat rumah penduduk menutup akses pemandangan mata dari Jalan Raya Banten, Kota Serang.
Hanya saja, memori kolektif masyarakat kepada sang Kiai masih menyemai. Nama Kiai Sahal pun diabadikan sebagai nama jalan pada Lingkungan Lopang Cilik. Penamaan atas pengakuan sekaligus penghormatan masyarakat.
Terlebih, hampir separo warganya masih memiliki garis genetik dari Kiai Sahal.