Ada Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Spirit Perjuangan dari Mekkah

- 24 April 2021, 04:30 WIB
Bait Syekh Nawawi di Kampung Pesisir, Desa Pedaleman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Banten.
Bait Syekh Nawawi di Kampung Pesisir, Desa Pedaleman, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Banten. /Ken Supriyono/SerangNews.com/

SERANG NEWS – Setelah satu tahun mengajar di tanah kelahiran, Syekh Nawawi Al Bantani akhirnya menetap di Mekkah hingga wafat.

Di Tanah Suci, Syekh Nawawi Al Bantani mengajar dan memiliki banyak murid. Kelak, muridnya dikenal sebagai ulama-ulama terkemuka. Bahkan turut mengobarkan semangat perjuangan kemerdekaan Indonesia. Di antaranya, KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan.

Syekh Nawawi Al Bantani dikenal sebagai sosok yang tawadu. Namun, sosoknya dikenal non-kooperatif terhadap rezim kolonial di Nusantara masa itu.

Sikapnya menginspirasi murid-muridnya. Spirit perjuangan di Mekkah pun menginspirasi muridnya menjadi pejuang terdepan Indonesia dalam mengembangkan Islam di Tanah Air dan melawan penjajah.

Baca Juga: Syekh Nawawi Al Bantani, Guru dan Karya 'Kitab' Bidang Tauhid, Fiqih, Tasawuf, Bahasa, Hadist dan Sejarah

Mereka adalah, KH Kholil Bangkalan, KH, Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari Tebu Ireng Jombang, KH Asnawi Kudus Jawa Tengah, KH, Arsyid Tawil Banten, KH. Najihun Tangerang, dan KH Tb Muhammad Asnawi Caringin.

Kemudian ada, KH Ilyas Serang, KH. Abd Gafar Tirtayasa, KH Tubagus Bakri Purwakarta, KH Jahari Ceger Bekasi, Syekh Abdul Karim Lempuyang, Syekh Husein Carita

“Masih banyak murid Syekh Nawawi yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Ketokohan Nawawi semakin kuat di Indonesia seiring dengan penyebaran karya-karya melalui murid-muridnya berkiprah di tanah air,” demikiarn tim penerjemah kitab Maroqil Ubudiyah karya Syekh Nawawi Al Bantani yang dikutip SerangNews.com, Sabtu 24 April 2021.

Baca Juga: Doa Niat Zakat Fitrah Lengkap dengan Bacaan Latih dan Terjemahan Indonesia

Dipantau Snouck Horgronje

Selama tinggal di Makkah, aktivitas Nawawi tak lepas dari pantauan Snouck Horgronje. Penasihat khusus Gubernur Jenderal JB van Heutsz itu tinggal di seberang rumahnya. Tepatnya di Suq al-Lail, Syi’ib Ali. Sekira 500 meter dari kompleks Masjidilharam.

Rumah yang juga dijadikan Nawawi untuk menanamkan pengetahuannya kepada 200 lebih murid-muridnya.

Sepak terjang Nawawi sebagai inspirator ulama terekam dalam catatan Snouck Horgronje yang setiap waktu mengintainya. Catatan itu pada 2016 diterbitkan Late EJ Brill, Leiden dengan judul Mekka in the Latter Part of the 19th Century: Daily Life, Customs, and Learning of the Moslim of the East Indian Archipelago.

Snouck menulis sebanyak 14 jilid laporannya selama di Makkah. Laporannya banyak mengulas mengenai kepribadian Nawawi yang dinilai Snouck sangat tawaduk. Kepribadian yang membuat orientalis yang berpura-pura masuk Islam itu terkagum-kagum.

Baca Juga: Hikmah Ramadhan 10: Keutamaan Hari Jumat dalam Kitab Tanqihul Qaul Syekh Nawawi Al Bantani

Selain kepribadian Nawawi, Snouck juga merekam pandangan politik putra Kiai Umar dan Zubaedah itu. Dalam pandangannya, Nawawi secara eksplisit berseberangan pendapat dengan sebagian haji dari kalangan pensiunan birokrat pribumi.

“Syekh Nawawi menolak Nusantara mesti diatur dan berada di bawah pemerintah Eropa,” kata Snocuk dikutip SerangNews.com dalam buku Prospografi Syekh Nawawi: Biografi, Genealogi Intelektual, dan Karya yang ditulis Prof HM Tihami dan Mufti Ali.

Di sela-sela waktu mencurahkan pikirannya pada ilmu pengetahuan, tulis Prof Tihami, Nawawi selalu mengikuti perkembangan informasi gerakan politik di tanah air yang memanas. Masa itu tengah bergejolak perlawanan masyarakat Aceh terhadap rezim kolonial.

Baca Juga: Sejarah Oeridab: Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (1) Dicetak pada Orang China

Nawawi mengidealkan cita-cita menghidupkan kembali Kesultanan Banten atau pendirian negara Islam. Secara terang, Nawawi menolak tunduk kepada kolonialisme.

Snouck menulis, sikap vis a vis Nawawi terefleksi dalam sikap yang menolak mengikuti jalan yang ditempuh ayahnya, Kiai Umar Ibn Arabi, yang menjadi penghulu distrik Tanara. Juga seperti adiknya, Haji Ahmad yang mengabdi kepada pemerintah kolonial dengan menerima tawaran sebagai penghulu di Tanara.

Sumber-sumber dokumen Belanda menyebut, pada era 1884-1942 terdapat figur penting ulama Banten di Makkah.

Snouck melaporkan 13 ulama Nusantara. Dari ulama itu, tujuh di antaranya berasal dari Banten. Yakni, Nawawi, Marzuq, Abdul Karim, Ismail, Arshad bin Alwan, dan Arshad bin As'ad.

Baca Juga: Nama-nama Media Massa yang Didirikan dan Dikelola Tirto Adhi Seorjo

Keistimewan ulama Banten dan Nawawi dilukiskan oleh Snouck lewat ungkapannya yang sangat terkenal.

"Tidak ada satu tempat pun di Nusantara yang menandingi daerah Jawa bagian Barat (Banten). Keterwakilannya begitu lengkap dengan kualitas tingkat satu. Sebagian besar tokoh-tokoh utama yang tinggal di Kota Suci berasal dari daerah bekas Kesultanan Banten.”

Snouck pun memuji Syekh Nawawi Al Bantani dengan menyebut sebagai ulama paling dihormati. Penggagas gerakan intelektual Islam dari Banten.

Syekh Nawawi Al Bantani mengembuskan napas terakhirnya pada 25 Syawal 1314 Hijriah atau bertepatan pada tahun 1898 di Ma'la, Makkah Al-Mukarromah.

Hingga kini, namanya tetap harum di Nusantara. Setiap 7 Syawal, orang berduyun-duyun ke tanah kelahirannya di Tanara, Kabupaten Serang, Banten untuk mengikuti haul Syekh Nawawi Al Bantani.***

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x