Kiai Sahal, Trah Prajurit Pengawal Khusus Sultan Hasanuddin dan Guru Syekh Nawawi Al Bantani

29 April 2021, 02:30 WIB
Makam Kiai Sahal di TPU Lopang Cilik, Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten. /Ken Supriyono/SerangNews.com/

SERANG NEWS – Guru Syekh Nawawi Al Bantani, Kiai Sahal Lopang Serang, konon masih keturunan trah prajurit pengawal khusus Sultan Hasanuddin Banten.

Kendati, nama Kiai Sahal tak sefamiliar muridnya Syekh Nawawi Al Bantani, namanya membekas dalam memori kolektif masyarakat Lopang, Kota Serang dan diabadikan sebagai nama jalan.

Jalan itu, konon disebut dengan nama Jalan Sultan. Lokasi yang juga menjadi tempat Kiai Sahal memberikan pengajaran ilmu agama, sekaligus tempat ia dimakamkan. Tepatnya, di TPU Lopang Cilik, Kecamatan Serang, Kota Serang.

Baca Juga: Sosok Kiai Sahal dari Lopang Serang, Guru Pertama Syekh Nawawi Al Bantani

Bagaimana silsilah Kiai Sahal ini?

Dalam Biografi Ulama Banten Seri 1, yang disusun Mufti Ali dan tim peneliti Bantenologi disebutkan, Kiai Sahal, salah seorang keturunan Ki Khorom bin Cili Kored, putera Kasep bin Kenyeb dari Kerajaan Demak.

Keberadaan Cili Kored sendiri di wilayah Kerajaan Banten dalam rangka membantu perjuangan Sultan Hasanuddin melepaskan diri dari Kerajaan Padjajaran, yang saat itu masih menguasai kadipaten Banten.

“Dilihat dari keterangan ini, Cili Cored kemungkinan sebagai prajurit yang diutus Kerajaan Demak untuk membantu perjuangan Sultan Hasanuddin,” demikian tertulis dalam buku yang dikutip SerangNews.com, Kamis 29 April 202.

Di masa itu Sultan Hasanuddin diutus ayahandanya, Sunan Gunung Jati-Cirebon untuk membebaskan dan mengislamkan Banten.

Baca Juga: Ada Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan, Ini Murid Syekh Nawawi Al Bantani dan Spirit Perjuangan dari Mekkah

Jika pun bukan seorang prajurit, lanjut laporan itu, kemungkinan lainnya, Cili Cored adalah seorang ulama yang juga diutus Kerajaan Demak untuk membantu perjuangan Sultan Hasanuddin.

Ada lagi yang menyebut, Cili Cored sebagai seorang pedagang yang mengembara dari Demak sampai ke Wilayah Kadipaten Banten. “Belum ada bukti konkret yang bisa dijadikan pedoman,” tulis Mufti Ali dan tim Bantenologi.

Keterangan Pimpinan Ponpes al-Bantani, Serang KH, Tb. Sangadiah dalam laporan tim Bantenologi itu menyatakan, Cili Coled adalah salah seorang dari empat pungguwa/pengawal Sultan Hasanuddin. Keempatnya, memiliki gelar Cili: Cili Kored, Cili Glebeg, Cili Wungu, dan Cili Putih.

“Nama asli Cili Koreds sendiri adalah Pangeran Raden Ali Imran, yang diberi tugas oleh Sultan Hasanuddin sebagai penguasa Karangantu,” ujarnya.

Baca Juga: Hikmah Ramadhan 16: Keutamaan Malam Nuzulul Quran atau Hari al-Quran Diturunkan

Informasinya, Cili Kored dimakamkan di belakang Masjid Agung Banten, tepatnya di bekas Masjid Agung Banten pertama, di Kampung Dermayon.

Keterangan Cili Kored sebagai buyut dari Kiai Sahal dibenarkan sesepuh Lopang. Namun, ada keterangan lain menyebut, Kiai Sahal keturunan Cili Wulung.

“Apakah Cili Kored dan Cili Wulung gelar yang diberikan kepada satu atua dua orang, wallahu’alam bishawab,” kata Mufti Ali.

Atas alasan dua sumber keterangan itu, tim Bantenologi menulis silsilah Kiai Sahal dengan susunan; Rd. Kayeb-Cili Kored/Cili Wulung – Ki Sa’udin – Ki Khoromudin – Abdul Akhir Muqolab (Ki Adung) – Kiai Sahal.

Baca Juga: Sejarah Awal Orang China Masuk Banten: Temuan Artefak hingga Peranan di Masa Kesultanan Banten

Keterangan pasti pondok Kiai Sahal juga masih belum diketahui pasti. Pasalnya, hanya ada satu keterangan yang disampaikan dalam kitab Nashoihul Ibad yang ditulis Syekh Nawawi Al Bantani.

Dalam keterangan kitab itu tertulis, “setelah belajar agama kepada ayahandanya (Kiai Umar-red), Nawawi beserta dua saudaranya Tamim dan Ahmad menerima pengajian dari KH Sahal, seorang ulama yang termasyur di Banten saat itu.”

Seiring berjalannya waktu, pondok pengajian dan tempat tinggal Kiai Sahal berkembang menjadi suatu perkampungan. Penghuninya adalah keturunan Kiai Sahal sendiri.

Perkampungan itu, sekarang dikenal dengan nama Kampung/Lingkungan Lopang, Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Kota Serang. Sayangnya sampai saat ini, baik tempat tinggal dan pondoknya belum diketahui secara tepat lokasinya.

Sebab, Lopang sendiri ada dua bagian, yakni Lopang Cilik dan Lopang Gede. “Penduduk di kedua kampung itu, sebagian besar dikebumikan di pekuburan Lopang Cilik,” ungkap Mufti.

Baca Juga: Selain Makam Sultan Hasanuddin, Ini 5 Tempat Wisata Ziarah di Kota Serang Banten yang Layak Dikunjungi

Semasa hidupnya, Kiai Sahal mempunyai empat putra dan satu putri. Adapun nama istrinya belum diketahui. Hanya saja, keturunan Kiai Sahal diperkirakan sudah masuk generasi ketujuh dan delapan atau lebih.

Asal Muasal Komplek Ki Demang

Salah seorang keturunan Kiai Sahal disebutkan menikah dengan anak keturunan Ki Demang Sakti. Yakni, Nyi Munawarohibin Munir bin Ki Abd. Hamid bin Ki Sahal menikah dengan Abdul Rozak bin Abdullah bin Agus Mahmud bin Agus Saidi (Rd. Demang Sakti).

Raden Demang Sakti atau Ki Demang Sakti ini, kemudian namanya diabadikan menjadi nama sebuah komplek perumahan di Unyur Kecamatan/Kota Serang, yakni Komplek Ki Demang.

Pada masa Kolonial Belanda, riwayat menyebut ada dua keturunan Kiai Sahal yang ditahan Belanda karena ikut serta dalam perjuangan melawan Belanda.

Keduanya yakni, Ki A. Hatab, putra Kiai Sahal yang ditahan dan dibuang ke Banyuwangi-Jawa Timur. Lalu, H. Abdurahman bin Syafiudin, cucu Kiai Sahal yang ditahan dan dibuang Belanda ke Ambon.

“Kedua keturunan Kiai Sahal ini sampai akhir hayatnya tidak kembali ke keluarganya, bahkan kuburannya tidak ada yang mengetahui. Termasuk apakah memiliki keturunan atau tidak,” kata Mufti Ali.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler