Mewarisi Spirit Raden Mas Tirto Adhi Soerjo

7 Desember 2020, 10:21 WIB
Bapak Pers Nasional Tirto Adhi Soerjo. /Ken Supriyono/Serang News/

SERANG NEWS - Sejarah pers nasional lahir dan tumbuh sebagai alat perjuangan. Wawasan dan tekad yang melandasi perjuangan pers nasional dan jurnalis yang membidaninya, mencerminkan jiwa, kepribadian, dan pandangan hidup manusia merdeka di bumi manusia.

Tinta emas sejarah perjuangan Indonesia merdeka pun terbentang fakta yang membuktikan bahwa jurnalis Indonesia adalah patriot, pelopor kesadaran berbangsa. Para jurnalis berperan aktif seiring dengan para perintis pergerakan di berbagai penjuru tanah air untuk menentang ketidakadilan dan diskriminasi (penjajah) pada masanya.

Jurnalis menyandang dua peran sekaligus di masa pergerakan: sebagai pekerja bidang pers yang melaksanakan tugas pemberitaan dan penerang guna membangkitkan kesadaran nasional, sekaligus melibatkan diri secara langsung dalam kegiatan membangun perlawanan rakyat terhadap penjajah. Pers dan jurnalis seperti anak kandung zaman yang senantiasa bergerak maju sebagai pengawal pikiran umum yang mengabdikan diri pada kepentingan umum.

Sebermula embrio pers nasional dibuahkan dalam diakronik bumi Indonesia, tak bisa dipisahkan dari sosok Raden Mas Tirto Adhi Soerjo. Seorang jurnalis dan publisis pribumi dekade awal abad 20-an, yang membuktikan diri memiliki kekhasan dengan kebulatan tekad tanpa mengenal titik kembali.

Baca Juga: Masa Pembuangan dan Akhir Kisah 'Jalan Sunyi' Bapak Pers Indonesia Tirto Adhi Soerjo

Tirto Adhi Soerjo menampilkan diri sebagai pemula, seorang dinamisator, sekaligus yang merintis sejumlah media lembaga baru dalam kehidupan bangsanya. Soenda Berita, Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan, dan Poetri Hindia, adalah pers bentukannya yang digunakan untuk menumbuhkan kesadaran berbangsa. Juga Sarekat Prijaji hingga Sarikat Dagang Islamiah (SDI) adalah organisasi dibuahinya di medan pengabdian pada bangsanya.

Langkahnya melampaui zaman. Saat orang terpukau pada upaya mengais remah-remah sisa masyarakat kolonial, ia melakukan pengamatan yang tajam untuk masanya terhadap perubahan dan pergolakan dengan mengguncangkan bangsanya yang lelap dalam inertia. Di masa orang hidup dalam tempurung kolonial yang picik, percakapan berpusat pada pergunjingan, ia justru melakukan penyelidikan, mengurai, menyuluh, dan tampil sebagai manusia perbuatan.

Di masa kolonial (yang selama kekuasaannya berarti kekuasaan rasial) memecah belah kawula menurut ras, bangsa, etnis, golongan dan agama, ia pula menjadi penyeru demi lahirnya solidaritas antar penduduk terperintah tanpa mempedulikan pergolongan-pergolongan tersebut. Bahwa Tirto Adhi Soerjo sebagai Sang Pemula telah menggunakan jalan pikirannya membentuk jejak langkah, yang diretasnya melalui tinta emas sejarah anak bangsa.

Tirto Adhi Soerjo adalah bumiputra pertama, yang mendirikan dan memimpin perusahaan surat kabar sendiri serta menjadikannya sebagai pengawal pikiran umum. Sekaligus menggunakan pers untuk membentuk pendapat umum yang kritis. Tulisan-tulisan yang setajam belati lahir dari penanya telah berhasil menusuk jantung kolonial, juga memberi inspirasi paling awal akan nasionalisme bumiputera dan kebangkitan nasional Indonesia.

Baca Juga: Sejarah Oeridab: Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (1) Dicetak pada Orang China

Baca Juga: Senjata Pena Tirto Adhi Soerjo, Mas Marco Kartodikromo: Pengguncang Bumiputra Bangun Dari Tidurnya

Orang Indonesia pertama yang terjun di bidang sosial untuk mencarikan kerja dan memberikan bantuan hukum tanpa bayar. Bumiputera pertama yang mendirikan organisasi modern, berwawasan global yang suaranya disebarluaskan ke penjuru tanah air lewat surat kabarnya dengan memakai bahasa Melayu, sebagai bahasa bangsa terperintah, bukan bahasa Jawa atau Belanda.

Dan, Tirto Adhi Soerjo adalah orang Indonesia pertama yang mempelopori gerakan perempuan Hindia (Indonesia masa Hindia Belanda) dengan didukung tidak kurang 35 pengarang wanita, yang tersebar di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Tirto Adhi Soerjo pula, seorang bumiputera pertama yang mendirikan perseroan terbatas alias NV (Naamlooze Vennotschap) dan mengajarkan bangsanya berniaga, serta mendirikan serikat dagang tanpa perlu pakai modal sendiri, akan tetapi pinjam dari bank dan gotong royong dana dari masyarakat.

Kendati demikian, seperti terjadi pada umumnya para pejuang kemerdekaan, ia (sengaja) dikalahkan, ditumpas, dicerabut perannya dan mungkin juga terlupakan namanya oleh hiruk pikuk dunia perpolitikan masa itu yang bergerak cepat.

Tirto Adhi Soejo diasingkan di masa akhirnya dari jalan sunyi “garis perjuangan” yang dipilihnya. Dan, tepat pada 7 Desember 1918, Sang Pemula, telah berpulang untuk selamanya dalam pelukan sahabatnya, Raden Goenawan. Di hari itu, jenazah Sang Pemula disemayamkan di Manggadua, Betawi (Jakarta). Tidak ada iring-iringan besar dan orang-orang besar yang ikut serta menghantarkan, tidak ada pidato-pidato pelepasan, tidak ada yang menceritakan jasa-jasa dan amalnya dalam hidupnya yang begitu Panjang.

Tirto Adhi Soerjo tetaplah 'Sang Pemula'. Cermin dari manusia yang berjuang mencapai cita-cita untuk memerdekakan bangsanya. Semua telah ia berikan untuk kemajuan bangsa dan negerinya; kemauan, gagasan, kemurahan, dan kebaikan, usia muda, juga harta, jiwa raganya.

Baca Juga: Jejak Bersejarah Hotel Voos Kota Serang (2/selesai) Kisah Pengibaran Merah Putih Pertama di Banten

Kendati merasakan kesunyian di penghujung hidupnya, bukan berarti Tirto Adhi Soerjo tak diingat orang. Nama dan pikirannya mewarisi semangat bagi generasi setelahnya sebagai penyuluh kemanusiaan di bumi manusia. Jalan sunyi Sang Pemula, menampatkan Tirto Adhi Soerjo sebagai Bapak Pers Nasional, dan resmi menyandang Pahlawanan Nasional pada 10 November 2006.

Kini dunia pers telah berkembang pesat dalam gerak kemajuan teknologi informasi dan tantangan zaman. Kiranya menjadi penting bagi kita semua memilih jalan pers sebagai profesi dan pengabdian, mewarisi sekaligus melanjutkan cita-cita luhur Tirto Adhi Soerjo menjadikan pers sebagai alat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebagai bentuk penghormatan dan peringatan Haul ke 102 Tahun Tirto Adhi Soerjo pada, Redaksi SerangNews.Pikiran-Rakyat.com menulis artikel berseri tentang sosok Tirto Adhi Soerjo sebagai Bapak Pers Nasional.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler