“Pertama, target Suistainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2030. Kedua, peluang bonus demografi yang juga diproyeksikan mencapai puncaknya pada periode yang sama,” papar Arief Rosyid.
Melalui kesempatan tersebut, Arief Rosyid memaparkan tentang progres Perpres Nomor 66 Tahun 2017. Yaitu terkait adanya stagnansi dalam tahap implementasi dan upaya-upaya apa yang telah dilakukan Merial Institute.
EKONOMI INDONESIA DI MASA PANDEMI
Menurut Arief Rosyid, Covid-19 telah menghantam perekonomian Indonesia di mana pada Kuartal II 2020 ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 5,32 persen.
Sektor yang paling terimbas adalah manufaktur padat karya, dan UMKM sebagai penopang ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Tumbuhkan Lapangan Kerja, KPCPEN Manfaatkan Bonus Demografi Menuju Industri 4.0
“Jauh sebelum Covid-19 menyerang, Indonesia sudah dibayangi ancaman jebakan pendapatan menengah (middle income trap), sebagaimana ditunjukan oleh gejala deindustrialisasi berupa melambatnya pertumbuhan sektor manufaktur. Belum lagi bayang-bayang resesi global yang bergaung sejak akhir 2018,” katanya.
Dari sisi sosial, lanjut Arief Rosyid, kesenjangan menurun kendati penurunan ini bukan dikarenakan masyarakat miskin naik kelas. Akan tetapi, akumulasi aset kelompok masyarakat terkaya yang mengalami penurunan.
Baca Juga: Usai Tangkap Munarman, Densus 88 Lakukan Penggeledahan Rumah Habib Rizieq di Petamburan
“Fakta angka yang bias pemaknaan kerap menjauhkan kita dari substansi yang tengah kita hadapi saat ini,” ucapnya.