Sederet Prestasi dan Fakta Tak Terungkap, Diego Maradona

- 26 November 2020, 16:50 WIB
Punya jasa besar, nama Maradona Diabadikan Jadi Nama Stadion Napoli
Punya jasa besar, nama Maradona Diabadikan Jadi Nama Stadion Napoli /@Pele/Instagram

SERANG NEWS- Publik sepakbola dunia tentu merasa kehilangan salah satu legenda terbaik abad 20, Dieog Armando Maradona yang pada 25 November 2020 di usia 60 tahun. 

Kematiannya diduga akibat serangan jantung yang diterimanya saat menjalani pemulihan di Tigre, Argentina usai operasi otak awal November 2020.

Sederet prestasi yang dibarengi sejumlah kontroversi pun menghiasi perjalanan karir sang maestro. 

Mulai dari membawa Argentina meraih juara Piala Dunia 1986 di Meksiko, hingga tersangkut kasus narkoba.

Baca Juga: Kasus Kerumunan Habib Rizieq di Bogor Naik Ke Penyidikan

Baca Juga: Lima Subsektor Industri Ini Diproyeksikan Tumbuh Positif Sepanjang 2020

Maradona lahir sebagai anak kelima dari delapan bersaudara dari keluarga Katolik Roma pada 30 Oktober 1960 di Lanus, Buenos Aires, Argentina. 

Nama pertama Maradona berasal dari bahasa Yunani dan Ibrani. Itu berarti supplanter (menggantikan tempat lain) atau seorang guru. Nama tengahnya adalah Armando - artinya "Pria di tentara."

Maradona tumbuh di lingkungan miskin. Keluarganya termasuk yang termiskin di kota karena mereka memiliki jumlah keluarga yang lebih besar.

Ayahnya Don Diego adalah seorang tukang batu dan pekerja pabrik, yang berjuang untuk menghidupi tiga anak laki-laki, lima gadis, dan satu istri.

Banyak yang menganggapnya Don Diego sebagai sosok Ayah yang berperan mewujudkan impian Diego. Dia membuat pengorbanan finansial yang besar pada awal karir Diego kecil. 

Baca Juga: Ekonom Indef Prediksi Industri Manufaktur Bakal Pulih Tahun 2021

Dia bekerja berjam-jam di sebuah pabrik untuk melihat putranya berhasil. Dia tahu pentingnya putranya bagi sepak bola Argentina. 

Inilah sebabnya mengapa Dia dan istrinya tidak pernah melewatkan satu pun pertandingan yang dijalani oleh Diego.

Bahkan, saat Diego Maradona mencetak gol paling kontroversial sepanjang masa yang dikenal sebagai "Gol Tangan Tuhan" di babak perempat final Piala Dunia 1986 kontra Inggris. Sang Ayah juga hadir di tribun menyaksikan pertandingan tersebut.

"Tidak ada yang melihat gol dengan tangannya, bahkan saya sendiri. Itu adalah handball kecil, sehingga ketika mereka mengulanginya berulang kali. Sepertinya dia (Maradona) telah menarik tangannya," bela sang Ayah soal gol "Tangan Tuhan" anaknya.

Baca Juga: Ada Kerumunan di Acara Apel Akbar, Walikota Serang Belum Kepikiran Lakukan Test Swab 

Don Diego, ayah dari legenda sepak bola Diego Maradona, telah meninggal dunia setelah sebulan dirawat di rumah sakit. Informasi menyebutkan, bahwa Don Diego berjuang melawan masalah pernafasan dan jantung. Dan meninggal di usia 87 tahun.

Meski hidup di lingkungan miskin, namun hal itu bukanlah penghalang untuk Diego Maradona meraih sukses. Perkenalan pertama Maradona dengan sepak bola terjadi ketika dia diberi hadiah bola pertamanya oleh sepupunya, Beto Zarate saat ulang tahun ketiganya. 

Diego muda tidur dengan bola di dalam bajunya selama hampir 6 bulan untuk menghindari bola itu diambil darinya. Sebab, bola tersebut terkadang dirampas oleh ibunya yang ingin dia berkonsentrasi pada studi lain untuk menjadi seorang akuntan profesional. 

Maradona sudah menyukai sepak bola pada usianya yang relatif muda, yakni di usia sembilan tahun. Perkenalan pertamanya dengan permainan sepak bola lengkap, terjadi ketika ia diminta untuk bergabung dengan tim desanya yang bernama Los Cebollitas atau “Bawang Kecil”. Saat itu, dia memimpin timnya untuk memenangkan 140 pertandingan tanpa kalah.

Baca Juga: Terlibat Prostitusi Online, Dua Artis ST dan MA Ditangkap Polisi

Aksi dribbling yang sangat baik, assist kuat, umpan akurat dan gerak kaki yang mengesankan membuat Diego Maradona bangkit ke barisan dalam waktu singkat selama masa kecilnya.

Keterampilannya dihargai oleh penonton yang kagum melihat seorang anak kecil yang bisa berlari melewati banyak anak yang lebih tinggi dengan sangat mudah. 

Tidak butuh waktu lama sebelum outlet berita sepak bola menerbitkan sebuah artikel yang berbunyi; "Ada seorang anak dengan sikap dan bakat seorang bintang", meskipun saat itu mereka salah mengeja namanya dari Maradona menjadi "Caradona".

Pada usia 12 tahun, dia dipilih bermain untuk Los Cebollitas. Keterampilannya terus diapresiasi oleh penonton. Dia memimpin Los Cebollitas ke rekor tak terkalahkan 136, menunjukkan kemampuan dan bakatnya yang luar biasa. 

Hingga di usia 15 tahun, ia mendapat kesempatan untuk melakukan debut profesionalnya bersama Argentinos Juniors melawan Talleres de Cordoba.

Debut profesionalnya terjadi bahkan sebelum berusia 16 tahun, melawan Talleres de Cordoba.

Ia jadi debutan termuda dalam sejarah Liga Argentina, sebelum rekor itu digeser oleh Sergio Aguero di media 2000-an.

Baca Juga: Rotasi Pemain Gagal, Liverpool Dipermalukan Atalanta 0-2

Lima musim memperkuat Argentinos Junior, Maradona lantas pindah ke salah satu raksasa Argentina, Boca Juniors. Meski cuma bermain satu musim, tapi Maradona berhasil mengantarkan Boca Juniors memenangi Liga Argentina musim 1981.

Kemampuannya membuat Barcelona kepincut dan membelinya senilai 5 juta pounds di tahun 1982, yang menjadi rekor dunia kala itu. Maradona pun membawa Barcelona memenangi tiga gelar, yakni Copa del Rey, Copa de la Liga, dan Piala Super Spanyol.

Tentu saja, ada saat-saat Maradona tampil cemerlang, seperti pada El Clasico. Namun, pelanggaran brutal berulang-ulang telah membuat dirinya kehilangan sentuhan magis. 

Maradona mengalami patah pergelangan kaki akibat tekel brutal Andoni Goikoetxea ketika Barcelona melawan Athletic Bilbao pada tahun 1983 yang membuatnya harus menepi selama 3 bulan.

Tapi Maradona pergi dari Barcelona setelah terlibat keributan di final Copa del Rey 1984 kontra Athletic Bilbao. Kembali menjadi sasaran tekel brutal pemain Athletic Bilbao, kesabaran Maradona pun habis. Ia pun menjadi penyebab keributan antar pemain terparah di sejarah Liga Spanyol.

Baca Juga: Sisi Lain Iis Rosita Dewi Istri Tersangka Edhy Prabowo, Rajin Posting Gaya Busana di Instagram

Didepan 100.000 pasang mata, Maradona menyikut dan menanduk pemain Athletic Bilbao yang sempat membuatnya patah kaki. 

Akibatnya, dari sebutan Raja pun berubah jadi sebutan "persona non grata" atau orang yang tidak diinginkan. Hinga ia pun dijual Barcelona ke Napoli.

Datang ke Napoli di tahun 1984, Maradona diresmikan sebagai pemain baru Napoli di depan 75.000 suporter yang memadati Stadion San Paolo. 

Puluhan ribu lainnya berjejer di sepanjang jalan untuk menyambut kedatangan "Sang Dewa" dari bandara menuju stadion.

Pemandangan itu membuktikan Maradona tidak dicintai di Barcelona. Namun, dia adalah dewa bagi rakyat Napoli. Bahkan salah satu harian lokal saat itu sempat menulis, "Tidak masalah jika Napoli tidak memiliki walikota, rumah, sekolah, bus, pekerjaan, dan sanitasi. Sebab, tidak ada yang lebih penting dari memiliki Maradona," tulis salah satu harian lokal di Napoli ketika itu, dilansir BT Sport.

Di Napoli, Maradona mencapai puncak kariernya dalam sepak bola. dimana ia membawa tim tersebut menjadi juara Serie A untuk pertama kalinya dalam sejarah Napoli (1986/87 dan kemudian 1989/1990). Dan menjadi runner up Serie A pada tahun 1987/88 dan 1988/89. 

Selain itu, ia juga membantu Napoli menjuarai Piala Italia pada tahun 1987. Setahun kemudian (musim 88/89), Napoli mengalahkan Vfb Stuttgart untuk menjadi juara Piala UEFA. 

Baca Juga: Usai Tahan Menteri Endy Prabowo, KPK Minta Dua Tersangka Suap Lobster Menyerahkan Diri

Maradona juga menjadi pencetak gol terbanyak dalam Liga Italia Serie A dengan 15 gol. Maradona juga meraih penghargaan Guerin d'Oro sebagai pemain dengan rating terbaik menurut majalah Italia Guerin Sportivo kala itu.

Maradona memulai debutnya bersama Argentina pada usia 16 tahun melawan Hongaria pada 27 Februari 1977. Pada usia 18 tahun Maradona berpartisipasi dalam Piala Dunia Junior yang diselenggarakan di Jepang, di mana Argentina sempat berhadapan dengan Indonesia dan menang dengan skor telak 5-0. Maradona mencetak 2 gol bersama Ramón Díaz yang mencetak hattrick.

Maradona melakukan debutnya dalam pentas Piala Dunia pada Piala Dunia FIFA 1982. Pada babak penyisihan Argentina yang adalah juara bertahan secara mengejutkan kalah 0-1 oleh Belgia,walaupun begitu Argentina berhasil melaju ke babak kedua turnamen setelah mengalahkan Hongaria 4-1 dan El Salvador 2-0. Di babak berikutnya mereka kembali mengalami kekalahan oleh Italia 1-2 dan Brazil 1-3. Maradona tampil dalam semua pertandingan di Piala Dunia dan mencetak 2 gol. Semuanya dibuat dalam pertandingan melawan Hongaria.

Pertunjukkan kehebatan Maradona terjadi pada saat berlangsungnya Piala Dunia 1986 di Meksiko. Diplot sebagai kapten, Maradona disebut-sebut sendirian mengantarkan Argentina keluar sebagai Juara Dunia untuk kedua kalinya, setelah yang pertama pada tahun 1978 diraih Argentina. 

Pada Piala Dunia di Meksiko tersebut, Maradona membuat gol terbaik sepanjang masa versi FIFA saat Argentina bertemu Inggris di babak perempat final. Pada saat itu Maradona melakukan sprint sambil membawa bola dari tengah lapangan, kemudian melewati 5 orang pemain Inggris (Glenn Hoddle, Peter Beardsley, Steve Hodge, Peter Reid, Terry Butcher) dan menaklukkan kiper kenamaan Inggris, Peter Shilton. Semua itu dilakukan Maradona hanya dalam rentang waktu kurang lebih 10 detik. 

Dan di pertandingan itu pula, Maradona membuat gol yang paling dibenci publik Inggris. Gol tersebut tercipta melalui bantuan tangan, yang akhirnya dikenal sebagai gol "Tangan Tuhan". Meski akhirnya Maradona mengakui bahwa hal tersebut dilakukan dengan sengaja pada 22 Agustus 2005. Total Maradona mencetak 5 gol dan 5 assist dan tidak pernah diganti selama pertandingan Argentina dalam Piala Dunia FIFA 1986. 

Baca Juga: Jadwal Layanan SIM Keliling Kamis 26 November 2020 di DKI Jakarta Hari ini

Bahkan sebagai bentuk penghormatan, pihak stadion mendirikan patung Maradona ketika sedang mencetak gol di depan pintu masuk stadion Stadion Azteca, Meksiko.

Sementara di Piala Dunia 1990 di Italia, Maradona kembali dipercaya sebagai kapten Argentina. Namun penampilan Maradona disebut kurang maksimal dikarenakan cedera lutut sebelum turnamen dimulai.

Argentina memulai perjalanan dalam turnamen tersebut dengan kurang meyakinkan, hampir tersisih dalam babak awal dan hanya menempati peringkat 3 dalam grup B. Argentina kemudian bertemu musuh bebuyutannya Brasil di perdelapan final. Ketika diramalkan akan menderita kekalahan, Maradona tampil sebagai pahlawan dengan mengirimkan umpan untuk diselesaikan oleh Claudio Caniggia. Argentina pun menang 1-0 atas Brasil.

Babak selanjutnya Argentina bertemu dengan Yugoslavia di mana pertandingan diselesaikan lewat adu penalti. Maradona adalah salah satu penendang penalti yang gagal, namun Argentina berhasil menang. Di semifinal, Argentina bertemu tuan rumah Italia, dan berhasil menang lewat adu penalti setelah skor 1-1 selama 2x45 menit. Dan Maradona menjadi eksekutor yang berhasil mengeksekusi penalti saat itu.

Namun saat pertandingan final bertemu Jerman Barat. Justru Argentina harus kalah dengan skor tipis 1-0 melalui gol penalti Andreas Brehme pada menit ke-85, setelah terjadi pelanggaran kepada penyerang Jerman Barat, Rudi Voller.

Dan Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat, jadi momen keterpurukan bagi Maradona. Bukan saja hanya tampil dua kali dalam turnamen tersebut, tapi ia pun harus ditangkap karena kedapatan mengkonsumsi doping sehingga harus didiskualifikasi dari turnamen tersebut.

Maradona menghabiskan senja karirnya bermain di negara asalnya, Argentina. Keterampilan fisiknya mulai berkurang seiring cedera dan tahun-tahun sulit dalam menjalani hidup yang berat. Dia pun mengumumkan pengunduran dirinya pada malam ulang tahunnya pada tahun 1997.

Di ajang internasional, Maradona tercatat sebagai pencetak gol terbanyak ketiga untuk Argentina, di belakang Gabriel Batistuta dan Hernan Crespo.

Masalah yang melanda Maradona setelah pensiun terus berlanjut. Pada bulan Juli, 1998, Maradona menerima hukuman percobaan dua tahun dan 10 bulan atas kesalahannya menembak seorang wartawan dengan senapan udara.

Setelah itu, asupan obat-obatan bacame memperburuk kondisinya. Maradona dirawat di rumah sakit karena masalah jantung di tahun 2000 dan 2004. Bahkan di tahun 2004 itu saat dirawat di rumah sakit, ia harus menggunakan respirator untuk bernapas dengan benar.

Baca Juga: Lima Subsektor Industri Ini Diproyeksikan Tumbuh Positif Sepanjang 2020

Kedekatannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro membuat dirinya diundang untuk memulihkan diri di Kuba oleh Fidel Castro, dan menghabiskan sebagian waktu selama empat tahun di negara tersebut.

Sekali lagi setelah pensiun, gaya hidup obat bius dan alkoholnya menjadi tidak terkendali. Perilaku ini membuat berat badannya naik 267 pound. Ini jelas masalah obesitas. Sehingga banyak orang yang menjulukinya sebagai "Perut Budha".

Dengan bantuan ahli bedah di Cartagena, Kolombia, ia sempat melakukan operasi bypass lambung. Pembedahan ini membantu Maradona gemuk itu melepaskan 50kg dari berat 121kg saat itu. Dan itu terjadi di tahun 2005.

Meski pada tahun 2008, Maradona ditunjuk untuk melatih tim nasional Argentina. Meskipun skuad Argentina saat itu memiliki skuad berbakat dengan sosok Lionel Messi didalamnya. Argentina pun sempat digadang menjadi favorit juara di Piala Dunia 2010. Tapi kekalahan 4-0 dari Jerman di perempat final membuat kontrak Maradona tidak diperpanjang.

Masalah alkohol dan narkoba dijalani Maradona bukan hanya setelah masa pensiun. Saat bermain untuk Napoli, perilaku kontroversinya sudah kerap membuatnya mendapat sanksi dari klub. Bahkan dia sempat ditangkap karena mengkonsumsi kokain, dan harus menjalani larangan bertanding selama 15 bula karena kokain, sebelum dibebaskan Napolis di tahun 1992.

Baca Juga: Lima Subsektor Industri Ini Diproyeksikan Tumbuh Positif Sepanjang 2020

Terlepas dari kekecewaan pihak Napoli atas prilakunya, namun kaus bernomor punggung 10 yang dikenakan Maradona saat membela Napoli pun dipensiunkan untuk menghormati prestasinya.

Prilaku kontroversial Napoli kerap dilakukannya meski sudah memasuki masa pensiun. Yang paling terkenal ada saat tahun 2015, ia sengaja mengunjungi wasit yang memimpin pertandingan Argentina v Inggris di perempat final Piala Dunia 1986 Meksiko, Ali Bin Nasser.

Ali Bin Nasser disebut-sebut publik Inggris sebagai dalang terciptanya gol "Tangan Tuhan" dari Maradona. Dan Maradona pergi jauh-jauh ke Tunisia hanya untuk mempersembahkan jersey Argentina yang ditandatangani olehnya kepada Ali Bin Nasser.

Pertemuan setelah 29 tahun gol "Tangan Tuhan" itu menuai banyak kritik keras di kalangan pakar sepakbola Inggris dan pendukungnya. Sebab hal itu dianggap membuka kebencian publik Inggris yang sudah mereda.

Meski Ali Bin Nasser pun membela diri terkait gol "Tangan Tuhan" dari Maradona. Ia menyebut jika keputusannya memberikan gol kala itu dipengaruhi oleh hakim garis pada pertandingan saat itu, Bogdan Dochev asal Bulgaria.

"Saya sedang menunggu Dochev memberi saya petunjuk tentang apa yang sebenarnya terjadi, tetapi dia tidak memberi isyarat untuk handball," dalihnya.

Meskipun pertemuan Maradona dan Ali Bin Nasser menuai banyak kritik keras dan kecaman banyak pihak. Namun kedua orang itu tetap membagikan momen pertemuan tersebut.

Maradona memiliki dua anak perempuan bernama Dalma Maradona dan Giannina Maradona dari pernikahannya dengan Claudia Villafane. Namun mereka pun bercerai pada tahun 2004 setelah 15 tahun menikah. Belakangan, Maradona mengaku memiliki satu anak tidak resminya dari hasil hubungan gelapnya dengan asisten pribadi, Veronica Ojeda pada tahun 2013.

Anak kedua Maradona, Giannina merupakan mantan istri dari pemain Timnas Argentina, Sergio Aguero. Giannina dan Aguero menikah di tahun 2008 setelah Maradona mengenalkan keduanya. Namun pasangan itu juga harus bercerai di tahun 2013 dengan dikaruniai satu orang anak bernama Benjamin.

Baca Juga: Ekonom Indef Prediksi Industri Manufaktur Bakal Pulih Tahun 2021

Dalam sebuah konferensi pers, Maradona pernah membuat pernyataan yang membuat anak dari hasil hubungan gelapnya yang bernama Diego Sinagra marah besar. Pasalnya, Maradona menyebut jika status Sinagra adalah hasil dari sebuah kesalahan.

"Anak-anak saya yang sah adalah Dalma dan Giannina. Selebihnya adalah produk dari uang dan kesalahan saya," ucap Maradona kala itu.

Seperti pemain sepakbola dunia kebanyakan, Diego Maradona pun memiliki tato. Dan diketahui ada lima tato yang paling bermakna yang menempel dalam tubuhnya, termasuk nama kedua putrinya “Gianinna dan Dalma” di setiap lengan. Selain itu, sebuah tato naga pun turut menghiasi di kaki kirinya.

 

Maradona juga memiliki tato dari Marxist Argentina yang terkenal revolusioner, Che Guevara, di lengan kanan atasnya. Bahkan kekagumannya terhadap sosok Guevara sempat membuat pernyataan lelucon terkenalnya.

 “Aku menggendongnya di lenganku dan di hatiku. Saya belajar ceritanya, saya belajar mencintainya. Saya rasa saya tahu yang sebenarnya tentang dia," celoteh Maradona mengomentari tato Che Guevara ditubuhnya.

Selanjutnya adalaha tato potret mantan perdana menteri Kuba, Fidel Castro di kaki kirinya. Kedekatan Maradona dengan Fidel Castro sudah diketahui sejak lama. Bahkan saat Maradona mengalami sakit, Fidel Castro menjadi orang yang berjasa turut membantu kesembuhan Maradona.

“Bertemu dengannya seperti menyentuh langit dengan tanganku. Apa yang telah dia lakukan untuk saya tak terlukiskan. Bersama Tuhan, dialah alasan saya hidup," kata Maradona tentang Fidel Castro.

Sejumlah masalah yang dibuat Maradona, tetap tak berpengaruh terhadap cinta dari publik Argentina dan dunia terhadap dirinya. Maradona dikenal sebagai putra pribumi yang bangkit dari awal yang sederhana untuk mencapai puncak bintang di panggung internasional.***

Editor: Kiki

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x