Pasukan keamanan Myanmar telah melakukan beberapa pembatasan terhadap aksi demonstrasi dibandingkan dengan tindakan keras sebelumnya.
Media pemerintah Myanmar melaporkan, Panglima Militer Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan, pihak berwenang mengikuti jalur demokrasi dalam menangani aksi tersebut.
Baca Juga: Viral di Twitter, Senam Aerobik dengan Lagu 'Ampun Bang Jago' Saat Kudeta Myanmar
Para polisi hanya menggunakan kekuatan minimal untuk meredam aksi, seperti peluru karet dan sebagainya.
Diketahui, aksi Kudeta Militer di Myanmar terjadi setelah Partai Suu Kyi memenangkan Pemilu pada 8 November 2020.
Baca Juga: 3 Tokoh Militer Ini Sukses Tampuk Kekuasaan Melalui Kudeta, Berikut Sejarah dan Sosoknya
Namun, militer setempat menuduh pemilihan tersebut dipenuhi dengan kecurangan. Sedangkan pendukung Suu Kyi ingin kemenangannya diakui.
Sempat ada wacana pemilihan ulang, namun para pendukung Suu Kyi menolak rencana tersebut dan bersikeras menginginkan kemenangan Suu Kyi tetap diakui.***