Pasukan Perang China Mulai Siap Siaga di Laut Natuna Utara usai Militer AS Kirim 2 Kapal Perang

- 10 Februari 2021, 11:57 WIB
Ilustrasi Kapal Induk AS
Ilustrasi Kapal Induk AS /pixabay/ David Mark

 

SERANG NEWS – Ketegangan di Laut Natuna Utara kembali terjadi usai Amerika Serikat memperkuat pangkalan militernya berjaga di perairan Laut Natuna Utara.

China yang sebelumnya melakukan hal serupa, kini mulai waspada usai kapal induk milik Amerika Serikat meluncurkan dua kapal induknya menggelar latihan di Laut Natuna Utara.

Kewaspadaan China meningkat usai kapal perang Amerika Serikat berlayar di dekat pulau-pulau yang dikuasai China di perairan yang disengketakan.

Baca Juga: Bertemu Orang yang Sama Setelah Empat Tahun, Anies Pamer Kesuksesan Atasi Banjir

Baca Juga: Lulus Sekolah, Bisa Kuliah Gratis, Segera Daftar di kip-kuliah.kemdikbud.go.id

Kapal perang Amerika Theodore Roosevelt Carrier Strike Group dan Nimitz Carrier Strike Group melakukan banyak latihan yang bertujuan meningkatkan interoperabilitas antara aset serta kemampuan komando dan kontrol.

Perairan yang kini disengketakan pun telah berubah menjadi titik nyala perseteruan China-AS yang semakin memanas.

Dikutip SerangNews.com dari Pikiran.rakyat.com dalam artikel yang berjudul Sukses Bikin China Meradang, 2 Kapal Induk AS Mulai Latihan di Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Akses Streaming Love Story The Series Malam Ini Rabu 10 Februari: Ken dan Maudy Merebut Restu Orang Tua

AS semakin bersemangat melakukan latihan di perairan yang menjadi sengketa setelah China mengutuk pelayaran kapal perusak USS John McCain di dekat Kepulauan Paracel yang dikuasai negeri tirai bambu itu.

Sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Pihak AS berdalih bahwa aktivitas tersebut merupakan operasi kebebasan navigasi, yang menjadi misi pertama Angkatan Laut AS sejak Presiden Joe Biden menjabat.

Baca Juga: Link Streaming Ikatan Cinta Hari Ini, Rabu 10 Februari: Kondisi Nino Usai Ditusuk Preman Suruhan Elsa

Jalur perairan yang sibuk itu dilalui perdagangan global senilai 5,3 triliun dolar AS setiap tahunnya, dan menjadi salah satu dari sejumlah titik nyala dalam hubungan AS-China.

AS pun membantah habis-habisan klaim teritorial China yang luas di wilayah perairan tersebut.

China dituding telah melakukan militerisasi Laut Natuna Utara dan mencoba mengintimidasi negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam, yang juga mengklaim perairan dengan sumber daya alam melimpah tersebut.

“Kami berkomitmen untuk memastikan penggunaan yang sah dari laut yang dinikmati semua negara berdasarkan hukum internasional,” ujar Laksamana Muda Jim Kirk, Komandan Nimitz Carrier Strike Grop, seperti dilansir Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Keberuntungan Hari Ini Rabu 10 Februari 2021, Taurus: Rumit, Tapi Jangan Menyerah

Sementara itu pihak Beijing akan mengambil tindakan tegas terhadap serangan-serangan dari luar.

“China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional,” kata pihak Kementerian Luar Negeri Beijing, dalam menanggapi pengerahan dua kapal AS tersebut.

Setelah latihan perang ranjau dilakukan Angkatan Laut AS dan Pasukan Bela Diri Maritim Jepang di lepas pantai barat daya Jepang, militer AS kembali melakukan latihan.

Baca Juga: Kandungan Jeruk Kim Kit, Sajian Khas Imlek, Simak Penjelasannya!

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan kepada Yang Jiechi, seorang pejabat senior China, bahwa AS akan meminta pertanggungjawaban Beijing atas upayanya untuk mengancam stabilitas di Indo-Pasifik, termasuk di seberang Selat Taiwan.

AS merasa jika aksi agresif China di perairan yang disengketakan justru merusak sistem internasional berbasis aturan.

Sedangkan kemarahan China sudah berada di ujung tanduk setelah melihat tindakan AS yang berulang kali menjamah Laut China Selatan.

 Baca Juga: Ramalan Shio Rabu 10 Februari 2021, Shio Anjing: Tinjau Situasi Keuangan Anda!

Aksi AS itu membuat China berpikir bahwa Washington memang sengaja memicu ketagangan.

Klaim China atas perairan Laut Natuna Utara bahkan disebut tidak pantas oleh Pengadilan Arbitase Internasional di Den Haag.

Namun China menolak keputusan Arbitase yang diajukan Filipina, dan tetap melakukan aktivitasnya di wilayah tersebut.*** (Nopsi Marga/Pikiran.Rakyat)

Editor: Muh Iqbal Zikri

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah