Panglima TNI Bilang Separatisme Sudah Berkembang di Medsos, Ini Bahayanya

21 November 2020, 22:28 WIB
Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto S.IP /Istimewa/twitter @Puspen_TNI

SERANG NEWS - Ancaman separatisme dengan tujuan propaganda memisahkan diri dari NKRI juga marak dilakukan di media sosial.

Aksi separatisme yang biasanya dilakukan melalui pemberontakan bersenjata kini mulai berkembang memanfaatkan media sosial.

Hal ini disampaikan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, ketika menjadi Keynote Speaker dalam acara Webinar Pelatihan Sinergi Anak Bangsa Dalam Menjaga Keutuhan Bangsa dan Negara Dari Aksi Separatisme di Dunia Maya, bertempat di Jakarta, Sabtu 21 November 2020.

Panglima TNI mengatakan, semua yang ada di dunia maya memiliki kelebihan berupa kecepatan dan jangkauan yang lebih cepat, lebih luas, dan lebih mudah.

Baca Juga: Supaya Bisnis Online Menarik Perhatian, Lakukan 5 Hal Ini

Baca Juga: Sedang Berlangsung: Akses Live Streaming Villareal vs Real Madrid di TV Online

Selanjutnya juga disadari bahwa dampak yang ditimbulkan di dunia maya, baik positif maupun negatif, ternyata dapat lebih masif dari dunia fisik.

"Mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus mengakui bahwa media sosial telah dapat dimanfaatkan sebagai media propaganda, media perang urat syaraf," ujarnya.

Lebih lanjut Marsekal TNI Hadi Tjahjanto menuturkan bahwa dengan pengunaan dan jangkauan yang luas, media sosial menjadi media yang efektif untuk melakukan perang informasi ataupun perang psikologi.

"Sekarang kita mengenal hastag, trending topic. Dahulu kita menyebutnya sebagai tema propaganda," katanya dikutip Serangnews.com dari laman tni.mil.id.

Baca Juga: Debat Kandidat Perdana Pilkada Cilegon 2020, Ketua KPU Cilegon: Masyarakat Bisa Memilih yang Terbaik

Baca Juga: Jelang Laga Inter VS Torino, Sejarah Mencatat Kemenangan Lebih Banyak Milik Inter 

Dalam kesempatan tersebut, Panglima TNI juga menyampikan bahwa dalam beberapa minggu terakhir ini dunia maya di Indonesia diramaikan dengan beberapa isu yang cukup hangat.

"Isu-isu tersebut bila kita lihat membuat masyarakat menjadi terkotak-kotak, terpolarisasi dan dibenturkan satu sama lain," ujarnya.

"Terdapat pula narasi yang membangun ketidakpercayaan kepada pemerintah dan tidak percaya kepada berbagai upaya pemerintah untuk kepentingan rakyat," ucapnya menambahkan.

Diperlukan kesatuan pandangan dan persepsi untuk mensinergikan keselarasan dalam tindakan, kebijakan dan rencana aksi yang utuh.

Baca Juga: Wakil DPRD Banten Minta Pemprov Perhatikan Guru di Sekolah Swasta

Menghadapi hal ini, diperlukan partisipasi lintas sektoral dan tidak mungkin hanya bisa dihadapi oleh satu instansi semata.

"Oleh karena itu, dibutuhkan langkah penanganan yang dilakukan secara komprehensif, integral dan terpadu. Diperlukan sinergi untuk negeri," imbuhnya.

Panglima TNI berharap pelatihan ini dapat menjadi pelopor-pelopor perubahan. Saudara-saudara akan menciptakan komunitas-komunitas positif di dunia maya.

Baca Juga: Polemik Penurunan Baliho Habib Rizieq oleh TNI, Kompolnas Akan Minta Klarifikasi Polisi 

Panglima TNI mengingatkan bahwa para pejuang dahulu mengesampingkan perbedaan dan ego kesukuan, bersatu padu, dan bahkan mengorbankan jiwa raganya demi Indonesia merdeka.

"Sudah menjadi tugas dan tanggung jawab kita saat ini, sebagai generasi penerus perjuangan tersebut, untuk memelihara dan menjaga semangat persatuan dan kesatuan serta keutuhan bangsa dan negara tercinta," pungkasnya.***

Editor: Kiki

Sumber: tni.mil.id

Tags

Terkini

Terpopuler