Pembunuhan di Sigi, Diduga Dilakukan MIT Pimpinan Ali Kalora 

30 November 2020, 08:40 WIB
Ilustrasi pembunuhan /Pixabay/PublicDomainPictures/

SERANG NEWS - Satu keluarga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, dibunuh oleh orang tak dikenal. 

Peristiwa sadis itu terjadi pada Jumat 27 November 2020 pukul 09.00 WITA. 

Pelaku pembunuhan sadis tersebut diduga merupakan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora. 

Selain melakukan pembunuhan secara keji, para terduga pelaku juga mengambil beras berjumlah kurang lebih 40 Kilogram. 

Baca Juga: Bertentangan dengan Kemanusiaan, Polisi Diminta Usut Tuntas Pembunuhan di Sigi Sulteng 

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah, Inspektur Jenderal Polisi Abdul Rakhman Baso, menyebut delapan orang DPO kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso pimpinan Ali Kalora diduga pelaku kekerasan di Sigi.

“Dari keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian yang kami konfirmasi dengan foto-foto DPO MIT Poso, ada kemiripan,” kata Baso, di Palu, Minggu, 29 November 2020. 

Para terduga pelaku yang berjumlah 8 orang ini dikatakan Kapolda masuk lewat belakang dan sempat mengambil beras sebanyak kurang lebih 40 kg. 

Baca Juga: Miris! Orang Tak Dikenal Bunuh Satu Keluarga di Sulawesi Tengah, Warga Sekitar Bersembunyi

"Setelah itu melakukan penganiayaan tanpa ada stamen apa pun, menggunakan senjata tajam tanpa perikemanusiaan mengakibatkan empat orang korban,” katanya, dikutip Serangnews.com dari Antara. 

Ia mengatakan tidak cukup sampai di situ, para pelaku kemudian membakar sekitar enam rumah warga setempat.

“Saya sendiri sudah cek langsung ke TKP kemarin dan dari enam rumah ini empat yang terbakar habis dua hanya dapur bagian belakang itu pun bukan rumah inti rumah tambahan beratapkan alang-alang,” jelasnya.

Baca Juga: Ramai Habib Rizieq Kabur dari RS UMMI, Ini Komentar Babe Haikal HassanI

Ia menjelaskan di tempat kejadian perkara (TKP) ada sekitar 50 rumah transmigrasi setempat dan dari semua rumah itu hanya sembilan yang dihuni tetap.

Dari sembilan rumah yang dihuni itu, bukan hanya warga dari satu suku dan agama saja, sehingga di sana terjalin toleransi yang sangat bagus di lokasi itu.***

Editor: Kiki

Sumber: Antara

Tags

Terkini

Terpopuler