Baca Juga: 10 Kerajaan Terbesar dan Paling Berpengaruh di Nusantara, dari Majapahit hingga Kesultanan Banten
Bahasa halus atau sedang dipergunakan sesame kaum menak atau kepada keluarga sendiri.
Bahasa sedang dipergunakan juga dalam pertemuan-pertemuan yang sifatnya umum dan pendengarnya beragam status dan umur.
Kemudian, bahasa kasar dipergunakan kepada pelayan. Sedangkan bahasa kasar sekali dipergunakan untuk caci maki orang lain.
Baca Juga: Selain Sultan Abul Mafakhir, Ini Hikayat dan Daftar Raja-raja Kesultanan Banten
Dalam perkembangannya, bahasa Sunda di Banten banyak yang menilai kasar. Apalagi dibandingkan dengan wilayah Jawa Barat.
Padahal, bahasa Sunda di Banten bukan kasar. Namun, tetap dengan sifat egaliternya sebagaimana sebelum Priangan dipengaruhi budaya Mataram.
Menurut Nina Lubis, Bahasa Sunda di Banten ternyata tidak mengalami feodalisasi dalam bentuk tingkatan bahasa. Hal ini karena Banten tidak pernah dipengaruhi oleh Mataram secara langsung.
“Itulah sebabnya hingga sekarang bahasa Sunda di Banten bersifat egaliter,” papar Nina Lubis lebih lanjut.***