Baca Juga: Sejarah Asal Asul Kesultanan Banten dan Daftar Sultan Banten Pertama hingga Terakhir
Sedangkan, bahasa Melayu banyak digunakan di pelabuhan karena kedudukannya sebagai lingua franca.
Diejaskan Nina, ketika Mataram berkuasa di Priangan, bahasa yang diepergunakan dalam administrasi pemerintahan adalah bahasa Jawa.
Bahasa Jawa juga menjadi salah satu bahasa Nusantara yang memiliki tingkatan-tingkatan, bahasa halus, sedang, dan kasar.
Dalam perkembangannya, bahasa Jawa menjadi bahasa yang wajib dikuasai. Bahkan, penguasaan atas bahasa ini menjadi salah satu ukuran kebangsawanan seorang elit politik.
Baca Juga: 10 Kerajaan Terbesar dan Paling Berpengaruh di Nusantara, dari Majapahit hingga Kesultanan Banten
Kecenderungan ini, lanjut Nina, tampak jelas dalam surat-surat pendek pribadi, karya sastra atau karya sastra sejarah yang ditulis oleh elit politik di Tatar Sunda.
“Misalnya babad, wawancara, sajarah dan sebagainya,” paparnya.
Setelah pengaruh bahasa Jawa masuk dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Tatar Sunda, bahasa Sunda yang dipakai dalam pergaulan maupun dalam bahasa tulisan, kemudian diatur oleh undak-undak bahasa.
Selain tiga bahasa tersebut, mayarakat Banten juga mengenal bahasa Jawa Cikoneng dan Betawi di sebagian wilayah Tangerang raya.***