Saat kejadian, pesawat ini diterbangkan oleh Kapten Abdul Rozaq (44) dan kopilot Harry Gunawan (46)
Dalam insiden ini, seorang pramugari meninggal dunia karena tersedot keluar pesawat yang disebabkan terbukanya pintu darurat.
Sementara 5 awak pesawat serta 54 penumpang lainnya selamat, sebagian dengan cedera ringan.
Peristiwa mengerikan itu terjadi tepat 20 tahun lalu pada 16 Januari 2002.
Fakta-fakta dari penyebab pesawat Garuda Indonesia GA421 mendarat darurat di Bengawan Solo sebagai berikut:
Pilot melaporkan saat ketinggian kurang lebih 31.000 kaki, ia memutuskan untuk mengambil rute lain karena melihat ada badai di radar cuaca dalam rute perjalanan yang sudah direncanakan.
Analisis dari kotak hitam data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukkan bahwa penerbangan telah memasuki badai sewaktu kru pesawat memulai untuk mengubah rute dari rute normal menuju Yogyakarta.
Data satelit menunjukan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk sekitar pukul 09.18 WIB. Cuaca sangat buruk dan badai juga terekam dalam rekaman percakapan di dalam kokpit (CVR).
Data dari pencitraan satelit, CVR dan DFDR serta pernyataan pilot menunjukkan, sebelum pesawat memasuki kawasan badai, pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah anatara dua badai.