SERANG NEWS – Totalitas Jenny Mahastuti sebagai pelukis patut diacungi jempol bahkan menginspirasi generasi muda.
Pasalnya, selama 16 tahun pelukis perempuan ini mendedikasikan diri secara total untuk melukis kehidupan masyarakat Baduy di Banten.
Kini karya lukis sketsanya tentang masyarakat Baduy itu berbuah manis. Jenny akhirnya bisa melakukan pameran tunggal atas karyanya selama 16 tahun melukis kehidupan masyarakat Baduy.
Pameran lukis sekaligus peluncuran buku tertajuk ‘Gerimis di Tanah Titipan Kanekes’ itu digelar di Gedung Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu 10 Maret 2021.
Baca Juga: Keren, Santri di Pandeglang Gubah Tenun Baduy Menjadi Desain Baju Modeling dengan Sentuhan Modern
Tak hanya melukis, Jenny pun kerap mengikuti beragam adat di Baduy untuk bisa menjiwai dan menuangkan semua tangkapan matanya ke dalam karya lukis. Bahkan, perempuan asal Jawa ini sampai bisa sangat fasih menggunakan Bahasa Sunda karena lebih dari satu setengah dekade membaur dengan kehidupan masyarakat Baduy.
"Sampai-sampai saya bisa bahasa Sunda Urang Baduy saking seringnya bulak-balik ke sana dalam 16 tahun terakhir ini. Padahal saya orang (suku) Jawa," katanya Jenny sendiri dalam sambutannya.
Turut hadir Wakil Gubernur Banten Andika Hazrumy dalam acara launcing buku dan pamerean tunggal lukisan sketsa masyarakat Baduy karya Jenny itu.
Usai prosesi launching buku, Jenny mengajak Andika dan semua tamu undangannya untuk menyaksikan pameran tunggal lukisan dan sketsa karyanya.
Sembari mengelilingi lokasi pemeran, ia menunjukkan karya-karya indahnya. Jenny menyampaikan penjelasan kepada Andika yang tampak antusias melihat karya tersebut.
Jenny menerangkan makna dan proses kreatif dari karyanya itu. Tak urung, Jenny pun menghadiahkan dua lukisan bertema anak-anak Baduy untuk Pemprov Banten melalui Andika.
Andika Hazrumy mengaku terpesona melihat karya Jenny Mahastuti yang berjudul 'Gerimis di Tanah Titipan Kanekes’ itu.
Baca Juga: 10 Tempat Wisata di Banten Paling Hits dan Populer, Mulai dari Pantai hingga Tempat Ziarah
Politisi Golkar itu menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Jenny. Sebab, dia telah mengangkat kebudayaan masyarakat Baduy sebagai karya seni.
Kary aitu, nilai Andika, dapat menjadi pemantik dan motivasi untuk secara bersama-sama menjaga kelestarian budaya masyarakat Baduy. Termasuk nilai-nilai luhur Baduy dalam menjaga alam.
Andika yang mendapat kesempatan memberikan pengantar di buku tersebut mengaku, harus meluangkan waktu khusus untuk membaca buku karya Jenny.
"Sampai-sampai saya sengaja mengkhususkan waktu membaca draft buku ini dulu hampir satu minggu ketika diminta untuk membuat kata pengantarnya," kata Andika.
Turut hadir dalam acara itu sejumlah seniman dan aktivis kebudayaan seperti Sukmawati Soekarno Putri, dan Meutya Hatta.
Tampak hadir juga Don Hasman, fotografer yang pernah mempopulerkan masyarakat Baduy melalui bukunya yang berjudul Urang Kanekes.
Andika yang didampingi Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Banten Agus Setiawan sekali lagi mengapresiasi semua upaya-upaya mengangkat kearifan lokal dan kebudayaan di Banten dari pihak mana pun.
Baca Juga: Sejarah Oeridab: Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (1) Dicetak pada Orang China
Baca Juga: Sejarah Oeridab, Uang Banten di Masa Darurat Pemerintahan Indonesia (2) Desain Jenis Pecahan Uang
Mewakili Pemprov Banten dan warga Banten, ujar Andika, merasa bangga kekayaan budaya Banten dapat mendunia.
"Dan kepopuleran tersebut pastinya disertai dengan upaya-upaya pelestarian," katanya. Dia mengatakan, buku sketsa dan puisi ‘Gerimis di Tanah Titipan Kanekes’ karya Jenny sangat kaya akan nilai seni dan budaya.
Sketsa dan puisi di buku tetsebut menggambarkan nilai-nilai tradisi dan kearifan lokal masyarakat adat Desa Kanekes atau yang lebih kita kenal dengan Masyarakat Baduy di Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Sebagai sebuah mahakarya, Andika berharap buku ini dapat menjadi ‘duta’ yang dapat meningkatkan eksistensi Masyarakat Baduy sebagai masyarakat adat yang memegang nilai-nilai tradisi.
"Dari tradisi dan kearifan lokal masyarakat Baduy, kita belajar tentang kesederhanaan dan pelestarian lingkungan yang hakiki," katanya.***