Bela Pembatasan Warung Makan saat Ramadhan, HMI Serang Sebut Jubir Kemenag Genit Toleransi dan Asal Bicara

- 18 April 2021, 03:06 WIB
Ketua Umum HMI cabang Serang Faisal Dudayef Payumi Padma angkat bicara polemik pembatasan warung makan saat puasa Ramadhan.
Ketua Umum HMI cabang Serang Faisal Dudayef Payumi Padma angkat bicara polemik pembatasan warung makan saat puasa Ramadhan. /HMI Cabang Serang for SerangNews.com/

SERANG NEWS - Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Serang membela langkah Pemkot Serang atas pembatasan operasional warung makan tutup di siang hari saat puasa Ramadhan.

HMI Cabang Serang meminta Juru Bicara Kementrian Agama (Jubir Kemenag) Abdul Rochman datang ke Kota Serang. Melihat secara langsung sebelum bicara terkait Surat Edaran (SE) Pemkot Serang dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang yang membatasi operasional warung makan selama bulan Ramadhan. 

“Seharusnya Jubir Kemenag datang langsung ke Kota Serang. Toh dia punya akses. Jangan sampai, toleransi yang selama ini tumbuh di Kota Serang dipotret sekilas dan tak utuh,” kata Ketua Umum HMI Cabang Serang Faisal Dudayef Payumi Padma kepada SerangNews.com, Minggu 18 April 2021.

Baca Juga: Viral di Medsos, Video Razia Warteg oleh Satpol PP Diduga di Kota Serang

Baca Juga: Warga Serang Dikagetkan Fenomena Hujan Es Sebesar Biji Kelereng

Ia menilai, Jubir Kemenag seperti tak mengetahui sejarah toleransi umat beragama di Kota Serang. Ia lantas membandingkan dengan acara keagamaan di Bali.

Saat perayaan nyepi di Bali, ucap Faisal, warga non-Hindu yang ada di Bali menaati yang menjadi tradisi di Bali. Semua bisa menerima dan mempersiapkan diri. Begitupun sebaliknya di Kota Serang atau Banten secara umum.

“Secara pribadi atau non-muslim ikut serta mempersiapkan diri dalam menghadapi Ramadan. Salah satunya persiapan untuk bahan konsumsi.  Ya, kalau tidak berpuasa. Sebaiknya, di rumahnya sendiri. Bukan di tempat umum. Kan, gampang. Tidak mengada-mengada. Seperti genit toleransi saja,” cetusnya.

“Toleransi itu saling menghargai. Tapi, bukan menghilangkan tradisi. Kami melihat, tradisi ini harus tertanam secara bersama-sama. Karena memang, dalam Ramadhan, belajar menghargai tidak hanya bagi yang berpuasa, begitu pun bagi yang tidak berpuasa,” sambung mahasiswa Untirta ini.

Halaman:

Editor: Ken Supriyono


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x