Seperti kekhasan situs prasejarah yang berupa bebatuan, pada kolam air yang luasnya mencapai 350 meter persegi itu banyak dijumpai jenis bebatuan. Mulai batu-batu berlobang, batu lumpang, batu dakon, batu bergores, pecahan batu pipisan, pecahan alu, dan pecahan keramik asing.
Kolam Citaman terbagi dua bagian. Informasinya, satu bagian digunakan khusus kaum pria, dan lainnya untuk kaum wanita. Dalam tradisi megalitik hingga klasik, kolam Citaman diduga dipakai sebagai tempat awal menyucikan diri sebelum upacara berlangsung. “Pusat ritualnya di tempat batu Goong berada,” kata Yanuar.
Baca Juga: PUBG Mobile Hentikan Akses untuk Pengguna Mulai Hari Ini
Baca Juga: Kecam Presiden Macron, KAHMI Serukan Boikot Produk Buatan Prancis
Kini tak hanya urusan ritual pemujaan, banyak masyarakat yang memfungsikan tempat tersebut untuk berwisata. Airnya yang jernih begitu menggoda untuk diarungi. Apalagi panorama alamnya yang alami, rasanya tak afdol tanpa ritual swafoto.
Situs Batu Goong-Citaman tidak bisa dipisahkan dari peninggalan megalitik di sekitar Gunung Pulosari lain. Misalnya arca Sangyang Heuleut dan Sangyang Dengdek yang jaraknya 4 kilometer dari Goong-Citaman.
Lainnya, Situs Cihunjuran di tepi bukit Pulosari, Desa Cikoneng, Mandalawangi. Situs ini memiliki karakter yang sama dengan Situs Batu Goong-Citaman. Kemudian, Situs Batu Ranjang di Kampung Batu Ranjang, Desa Batu Ranjang, dan Batu Tumbung di Kampung Cidaresi, Desa Palanyar, Kecamatan Cipeucang. Temuan-temuan situs megalitik ini membuktikan adanya peradaban Banten sejak ribuan tahun lalu. ***