Oleh karena itu, Situs Batu Goong dengan Kolam Citaman yang berjarak sekira 500-an meter tidak dapat dipisahkan.
Baca Juga: Mantan Ketua DPW PPP Banten dan Watimpres Jokowi Masuk Bursa Calon Ketum PPP
Pada masanya, dari Batu Goong ke Citaman ada semacam punden atau struktur taman berundak. Hanya saja, proses alam selama ribuan tahun membuat struktur tersebut mengalami degradasi. Kini, hanya sebagian kecil sisa-sisanya punden yang masih tampak tak jelas.
Meski dibangun orang-orang pada zaman prasejarah atau megalitik, Situs Batu Goong-Citaman kefungsiaannya berlanjut hingga zaman klasik (Hindu-Budha). Tak jauh beda, situs yang usianya diperkirakan mencapai empat ribu tahun sebelum Masehi ini juga menjadi tempat peribadatan.
Panjangnya temuan situs ini membuat berkembang cerita sejarah lisan masyarakat sekitar. Ada yang menyebut, Batu Goong difungsikan tempat berkumpulnya atau musyawarah pemuka agama melakukan keputusan resmi.
Pemimpin rapat duduk di tengah, dan setiap ada keputusan dipukul batu yang bentuknya mirip gamelan.
Aroma mistik dan mitologi di lokasi situs kerap didengar warga sekitar. Cerita itu menjadi khasanah kebudayaan lokal. Terlebih, oral sejarah sudah berkembang sejak zama dahulu kala di Nusantara.
Baca Juga: Cristiano Ronaldo Dikabarkan Sudah Kembali Negatif Dari Covid-19
Tak heran, sebagian besar tradisi zaman prasejarah, Hindu-Budha dan akulturasi Islam masih banyak ditemukan. Termasuk budaya cocok tanam yang disebut sebagai peninggalan prasejarah.
Situs Citaman menjadi bukti warisan yang ditinggalkan bercocok tanam zaman megalitik. Di area lereng Gunung Pulosari ini sangat melimpah ruah air dari sumbernya di Kolam Citaman.