Pola-pola batik langka yang tadinya tidak dikenal umum maupun pola-pola tradisional lain digalinya dan dikembangkannya tanpa menghilangkan ciri dan maknanya.
Baca Juga: IKA Unpad Komda Banten Salurkan Sembako untuk Yatim, Dhuafa dan Santri Salafi
Pola yang sudah dikembangkan itu diberinya warna-warna baru yang cerah, bukan hanya coklat, biru dan putih kekuningan seperti yang lazim dijumpai pada batik Solo-Yogya. Lahirlah yang disebut 'Batik Indonesia'.
Saat itu warna-warna cerah cuma dipakai pada batik Pekalongan, tetapi motif batik Pekalongan kebanyakan buketan (karangan bunga aneka warna) yang berbeda sekali dari motif batik Vorstenlanden (Solo dan Yogya) yang biasanya sarat makna.
Pengagungan yang tinggi terhadap hasil karyanya yang sangat disayangi oleh Swan, sehingga setiap helai batik memiliki makna filosofis.
Baca Juga: Eks Menteri Agama Beberkan Alasan Larangan Mudik Banyak Dilanggar, Ini Sebabnya
Bahkan mengembangkan motif pada tahun 70-an berjudul Kembang Bangah sebagai surat cinta atas jati dirinya.
Selain seorang ahli dalam budaya Jawa, ia juga seorang ahli keris (tradisi keris upacara Jawa kuno) dan pemain gamelan yang terampil (bentuk orkestra populer dari musik tradisional Indonesia).
Dia mengembalikan begitu banyak warisannya, pemerintah Surakarta menghormatinya dengan gelar bangsawan Panembahan Hardjonegoro.***