"Begini lho, saya ini bisa naik bintang satu, dua, tarolah itu biasa lah, tapi kalau naik bintang tiga pasti Presiden tahu, jabatan Pangkostrad pasti presiden tahu, apalagi Presidennya tentara pada saat itu Pak SBY, tidak sembarangan. Bahkan (ketika) saya Pangkostrad dipanggil oleh SBY ke istana, SBY bilang, kamu akan saya jadikan KSAD. Saya terima kasih atas penghargaan ini, dan akan dipertanggung jawabkan," tutur Gatot yang mengingat jasa SBY kala itu kepadanya.
Saat itu, lanjut Gatot, ketika menunjuk dirinya menjadi KSAD, SBY hanya berpesan agar Gatot bertugas secara profesional, dan mencintai prajurit beserta keluarganya dengan tulus. SBY tidak berpesan hal lainnya lagi.
"Beliau tidak titip-titip apa, dan pesan lain-lain lagi. Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua Presiden, pertama Pak SBY dan Pak Jokowi. Terus saya membalasnya dengan mencongkel anaknya?," sindir Gatot kepada orang yang mengkudeta Partai Demokrat.
Alasan lainnya menolak tawaran mencongkel kepemimpinan AHY untuk menduduki kursi Demokrat saat itu. Karena Gatot tidak ingin hal-hal baik yang sudah diberikan SBY, dibalasnya dengan ketidakbaikan.
"Ini kan kita lagi viral puma nerkam orang utan terus ternyata begitu ada anaknya gak jadi dimakan, akhirnya diangkat sama dia dan diamankan sama dia. Itu binatang. Lalu value (nilai) apa yang akan saya berikan kepada anak saya? Oh dia itu anak gak beradab tuh, udah dijadikan KSAD sama ini, anaknya jabat malah digantiin karena ambisi," tutup Gatot.
Sebelumnya, SBY mengatakan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko yang bersekongkol dengan orang dalam, tega dan darah dingin melakukan kudeta.
"Sebuah perebutan kepemimpinan yang tidak terpuji, jauh dari sikap ksatria dan nilai-nilai moral," kata SBY dalam keterangan pers melalui akun Youtube Susilo Bambang Yudhoyono, Jumat, 5 Maret 2021 malam.
Mantan Presiden RI itu juga menyebut tindakan Moeldoko hanya mendatangkan rasa malu sebagai perwira dan prajurit yang pernah bertugas di jajaran Tentara Nasional Indonesia (TNI).