Wahidin Halim Bagi Pengelolaan Banten Lama ke Kabupaten dan Kota Serang, Begini Skema Pembagiannya

14 Februari 2022, 21:33 WIB
Pemandangan Alun-alun di Kawasan Banten Lama atau Kesultanan Banten saat malam hari. /Instagram/@info_bantenlama/

SERANG NEWS - Gubernur Banten Wahidin Halim membagi pengelolaan kawasan Banten Lama atau Kesultanan Banten.

Pembagian pengelolaan Banten Lama ini tetuang dalam Kesepakatan Bersama Pengelolaan dan Revitalisasi Banten Lama yang dilakukan secara virtual, Senin 14 Februari 2022.

Dalam kesepakatan pengelolaan Banten Lama ada 14 item yang menjadi ruang lingkup. Antara lain, urusan pendapatan dan aset, pengelolaan kawasan cagar budaya, pariwisata dan ekonomi kreatif.

Baca Juga: Jadi Ikon Wisata Religi Banten, Ini 7 Fakta Menarik Masjid Agung Banten Lama

Kemudian, pendidikan, kebudayaan dan riset, infrastruktur, investasi, perdagangan, Koperasi dan UMKM, serta ketertiban umum.

Ketiga pemerintah itu bersepakat untuk satu pemahaman dalam mengoptimalkan Kawasan Banten Lama sebagai kawasan bersejarah.

Hal itu juga sebagai upaya meningkatkan nilai-nilai dari objek atau situs-situs yang ada di dalamnya dan meningkatkan kualitas destinasi wisata Kawasan Banten Lama.

Baca Juga: Megahnya Kota Banten Lama di Masa Kesultanan Banten, Setara Amsterdam dan Dilengkapi Meriam Pertahanan

Pemprov Banten sebagai pihak pertama ruang lingkup kewenangannya meliputi Alun-alun Utama, Kawasan Keraton Surosowan, Keraton Kaibon, Benteng Speelwijk, Kawasan Pecinan Tinggi, Amphitheater, Kanal berikut sempadannya, serta Islamic Center.

Sementara, pihak kedua yakni Pemkot Serang untuk Kawasan Penunjang Wisata (KPW) serta Terminal Sukadiri. Sedangkan untuk kewenangan pihak ketiga atau Pemkab Serang yakni meliputi Kawasan Tasikardi.

Wahidin Halim mengungkapkan revitalisasi Banten Lama dilakukannya tidak bermaksud mengintervensi kewenangan Kabupaten dan Kota Serang.

Baca Juga: Kaytsu dan Cakradana, Dua Sosok Penasihat Asal China yang Bawa Kesultanan Banten Capai Kejayaan

Akan tetapi, untuk menghargai jejak sejarah kejayaan Islam di Banten.

"Waktu pertama kali saya dilantik menjadi Gubernur, melihat Kawasan Banten Lama itu kurang tertata dengan maksimal, Belum lagi banyak yang minta-minta, sudah itu maksa pula," katanya.

Dia mengaku prihatin kondisi itu. Padahal kawasan ini penuh dengan sejarah kejayaan Banten di masa silam. Mulai tata pemerintahan, kekuatan melawan penjajah, sampai penyebaran ajaran agama Islam.

Kawasan Banten Lama ini juga setiap harinya banyak dikunjungi orang, baik yang mau berziarah maupun berwisata serta penelitian sejarah.

Karena itu, Wahidin mengatakan, membangun Kawasan Banten Lama sama halnya dengan membangun peradaban.

Baca Juga: Sejarah Asal Asul Kesultanan Banten dan Daftar Sultan Banten Pertama hingga Terakhir

"Makanya setelah dilakukan revitalisasi ini, silakan Pemerintah Kabupaten dan Kota Serang kelola sesuai dengan kewenangannya," kata pria yang akrab disapa WH.

"Kami hanya berpesan agar apa yang sudah kami bangun ini dirawat dengan baik, termasuk juga jangan sampai ada lagi hal-hal yang melanggar aturan," sambungnya.

WH megklaim, setelah revitalisasi pengunjung yang datang ke Banten Lama naik signifikan.

"Bahkan tidak hanya yang berasal dari luar daerah, ada juga yang dari luar negeri datang ke Banten lama," ujarnya.

Baca Juga: Sebut Banten Rawan Gempa dan Tsunami, Wahidin Halim: Industri Petrokimia Semakin Menambah Risiko

Kesepakatan dihadiri langsung Walikota Serang Syafrudin dan Wakil Bupati Serang Panji Tirtayasa. Kemudian disaksikan Kajati Banten Reda Manthovani.

"Hal ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk merawat agar tetap rapih, pengunjung juga nyaman karena tidak ada lagi pungutan-pungutan liar, serta kebersihannya juga terjaga," kata Reda.

Pihaknya mengaku akan ikut menjaga dan merawat Kawasan Banten Lama. Sebab selain sebagai pusat peradaban sejarah dan objek wisata religi, Banten Lama ini mempunyai nilai tambah tersendiri.

"Karena dari sinilah masyarakat Banten itu belajar tentang arti toleransi antar sesama," katanya.

"Bayangkan, ribuan tahun silam sampai sekarang, Masjid Agung Banten berdampingan dengan Vihara. Namun masyarakat Banten hidup damai berdampingan tanpa ada gesekan," sambung Reda.***

Editor: Ken Supriyono

Tags

Terkini

Terpopuler