Cerita Polisi Myanmar yang Lari ke India saat Kudeta Militer: Kami akan Mati Jika Kembali!

24 Maret 2021, 09:53 WIB
Polisi Myanmar menggunakan salam tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap penguasa militer Myanmar /Anupam Nath/ Aljazeera

SERANG NEWS - Sekelompok polisi yang menentang perintah tentara Myanmar untuk menembak pengunjuk rasa anti kudeta menceritakan pengalaman mereka setelah melarikan diri ke India.

Saat berbicara, mereka memberikan hormat dengan tiga jari yang berarti simbol perlawanan terhadap penguasa militer Myanmar.

“Kami tidak dapat menyakiti orang-orang kami, itulah mengapa kami datang ke Mizoram,” kata salah satu pria yang berasal dari Kota Tedim di barat laut dikutip SerangNews.com dari Aljazeera pada Rabu, 24 Maret 2021.

Baca Juga: 400 Warga Myanmar Cari Perlindungan ke India, Termasuk Polisi dan Pemadam Kebakaran

Baca Juga: Diteliti Ulang, WHO: Vaksin AstraZeneca Aman dan Efektif Mencegah Penularan Covid-19

Setelah kudeta militer di Myanmar, para polisi diperintahkan oleh milier untuk menembak para demonstran.

"Bukan hanya orang lain, kami juga disuruh menembak keluarga kami sendiri jika mereka tidak berpihak pada tentara," katanya.

Penduduk desa India di Mizoram telah memberikan perlindungan kepada 34 personel polisi dan satu petugas pemadam kebakaran yang menyeberang ke India selama dua minggu terakhir.

Baca Juga: 220 Kapal China Mendarat di Laut Natuna Utara, Filipina Geram dan Sebut China Provokasi Kedaulatan Negara

Baca Juga: Gempa 7,2 Magnitudo Guncang Negara Jepang, Disusul Peringatan Dini Gelombang Tsunami

Mereka berbicara dengan jurnalis foto AP dengan syarat tidak menyebutkani dentitasnya karena khawatir akan balas dendam terhadap anggota keluarga yang masih berada di Myanmar.

Kembali ke Myanmar, penghormatan tiga jari, yang berasal dari buku dan film Hunger Games oleh Suzanne Collins, digunakan oleh pengunjuk rasa muda pada demonstrasi anti kudeta militer.

Mereka yang melarikan diri menghabiskan waktunya dengan menonton televisi dan melakukan pekerjaan rumah.

Baca Juga: Diserang Drone Teroris, Kilang Minyak Terbesar di Arab Saudi Terbakar

Beberapa membawa ponsel dan mencoba terhubung dengan keluarga yang terpaksa mereka tinggalkan.

“Kami semua adalah polisi yang bekerja di bawah pemerintah Myanmar. Kami meninggalkan keluarga kami di Myanmar. Kami tidak tahu apa yang terjadi dengan keluarga kami, tetapi mereka akan menghadapi banyak masalah dari tentara. Kami datang ke Mizoram untuk berlindung, kami akan mati jika kembali ke sana,” kata salah satu polisi.

Baca Juga: Termasuk Indonesia, Berikut Daftar Negara yang Berhenti Menggunakan Vaksin AstraZeneca

“Kami tidak bisa menghubungi orang tua kami karena masalah telekomunikasi, tapi yang kami dengar adalah mereka sangat takut keluar rumah. Saya berharap suatu saat kami akan bertemu lagi,” ucapnya.

Awal bulan ini, Myanmar meminta India mengembalikan petugas polisi yang melintasi perbatasan.

India berbagi perbatasan 1.643 km (1.020 mil) dengan Myanmar, dan merupakan rumah bagi ribuan pengungsi dari Myanmar di berbagai negara bagian.

Baca Juga: Turki dan Mesir Sepakat Jalin Hubungan Diplomatik Pertama Sejak 2013

Minggu lalu, Ramliana, Ketua Dewan Desa di negara bagian Mizoram, sebuah badan berbasis komunitas, mengatakan 116 warga Myanmar menyeberangi Sungai Tiau dan mencapai Desa Farkawn.

Pejabat pemerintah negara bagian dan federal India belum memberikan jumlah pasti orang dari Myanmar yang telah menyeberang ke India setelah kudeta tersebut.***

Editor: Muh Iqbal Zikri

Sumber: Aljazeera

Tags

Terkini

Terpopuler