SERANG NEWS – Pawai Ogoh-ogoh yang biasanya digelar sehari jelang Nyepi memiliki akar sejarah yang cukup panjang bagi Umat Hindu.
Dalam kepercayaan umat Hindu, pawai Ogoh-ogoh yang menggambarkan mahkluk jahat Bhuta Kala tak lepas dari kisah Ramayana.
Pada Nyepi 2022 atau Tahun Baru Saka 1994 yang bertepatan pada Kamis 3 Maret 2022 ini, pawai Ogoh-ogoh kembali digelar Umat Hindu sehari jelang Nyepi setelah dua tahun dilarang akibat pandemi Covid-19.
Tak hanya sebagai upacara keagamaan, ritual itu yang menyimbolkan kemenangan kebajikan ini dirayakan sebagai bentuk pelestarian kebudayaan umat Hindu.
Baca Juga: Umat Hindu Bali kembali Gelar Pawai Ogoh-ogoh Jelang Hari Nyepi setelah Dua Tahun Pandemi
Biasanya akan dilakukan juga prosesi ritual tawur ageng kemudian upacara meracu, butakala (alam semesta) melalui upacara pengerupukan yang disimbolkan dengan mengarak Ogoh-ogoh keliling.
Tawur ageng atau tawur kesanga merupakan ritual penyucian bumi. Sebelumnya, lebih dahulu dilakukan ritual melasti atau penyucian laut.
Ritual ini ditujukan sebagai bentuk penyucian diri sebelum melakukan caturbrata. Penyepian melalui prosesi amati geni (tidak beraktivitas dengan penerangan), amati lelungan (tidak bepergian), amati pakaryan (tidak bekerja), dan amati lelagunan (tidak bersenang-senang).
Sebelum diarak keliling, narasi tentang ogoh-ogoh yang dipadukan dengan beragam tarian ditampilkan di depan umat Hindu yang datang.