Bahas Wayang, Sudjiwo Tedjo Jelaskan Dasar Jadi Dalang: Banyak Dalang Bagus tapi Gak Bisa Ngajar

- 22 Februari 2022, 14:50 WIB
Sudjiwo Tedjo saat memainkan wayang.
Sudjiwo Tedjo saat memainkan wayang. /Tangkap layar YouTube Sudjiwo Tedjo/

SERANG NEWS – Budayawan Sudjiwo Tedjo jelaskan dasar-dasar menjadi dalang. Menurutnya, menjadi dalang tidak hanya sekadar memainkan wayang.

Menjadi dalang menurutnya mesti diasah sejak usia dini. Sebab, mendalang tak harus menunggu sampai lulus sekolah pedalangan.

“Dimana-mana orang ndalang itu sejak kecil. Kalau dokter mungkin setelah lulus kuliah,” katanya dikutip SerangNews.com dalam kanal YouTube Bukalapak, Selasa 22 Februari 2022.

Menurutnya, banyak sekolah pedalangan. Namun, jika tidak ada keluarga yang menjadi dalang, bisanya yang bersangkutan tidak menjadi dalang. Melainkan menjadi dosen atau guru di sekolah yang mengajarkan pedalangan.

Baca Juga: Sudjiwo Tedjo Sindir Pagelaran Wayang Gebuk Khalid Basalamah, Endus Sang Pembentur Agung, Siapa Dimaksud?

“Banyak sekolah pedalangan, tapi kalau kakeknya atau ayahnya bukan dalang, biasanya gak jadi dalang tapi jadi dosen. Banyak dalang bagus tapi gak bisa ngajar,” ucapnya.

Sebelum memainkan wayang, lanjut pria yang akrab disapa Mbah Tedjo ini, ada dasar-dasar yang harus dimiliki seorang dalang.

“Dasar saya dalang. Banyak yang gak tahu dalang itu (gak cuma) memainkan wayang. Dasar dalang itu mung belajar sila. Sila dan gak kencing. Itu pelajaran pertama,” katanya.

Pelajaran kedua, lanjutnya, memainkan musik atau gamelan yang biasanya menjadi pengiring dalam pertunjukan wayang.

Baca Juga: Mengenal Wayang, Sejarah Asal Usul hingga Ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Budaya Indonesia

“Belajar musik, menabuh main siter, main gender, gendang,” ucapnya.

Selanjutnya, sorang dalang juga mesti bisa menata watang, melukis. Selain itu bisa mengusai teknik suara.

“Hal kedua nateh wayang, bikin seni rupanya, nata wayang. Biar kalau kita ndalang ke mana gak mungkin bawa dari Jakarta, kita bukan orang sakti,” ujar Sudjiwo Tedjo.

Hal itu, agar saat melihat wayang langsung bisa memahami karakter dari wayang tersebut.

“Jadi begitu melihat wayang, wayang tiap daerah lihat matanya, oh ini tokoh Dusasana, ini langsung bisa tahu sifatnya karena terbiasa natah,” katanya.

Baca Juga: Wayang Garing Khas Serang Banten Tanpa Gamelan dan Sinden, Sudah Dimainkan Sejak Masa Kesultanan Banten

Sebab menurut Sudjiwo Tedjo, seni pewayangan meliputi seni lukis, seni rupa, seni suara dan tari.

“Bangsa ini suka lupa asal usul, wayang ini ya  ono lukis, seni rupa, tari. Ketika bikin pentas (bisa memainkannya dengan baik-red),” sambungnya.

Dilansir dari laman Jbbudaya Yogyakarta, wayang merupakan salah satu dari aset budaya Bangsa Indonesia, peninggalan nenek moyang yang sangat patut untuk dilestarikan bersama.

Baca Juga: Cerita di Balik Kemunculan Tokoh Punakawan dalam Alur Dakwah Wali Songo Gunakan Wayang

Bahkan dunia, dalam hal ini PBB, melalui UNESCO pun mengakui wayang sebagai World Master Piece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, pada 7 November 2003.

Kemudian, melalui Keputusan Presiden RI Nomor 30, pada 17 Desember 2018, Presiden Joko Widodo menetapkan Hari Wayang Nasional pada pada 7 November.

“Pergelaran wayang sendiri juga berkembang mengikuti zaman. Berbagai inovasi terjadi sebagai bentuk tuntutan jaman atau juga sebagai bentuk penawaran dari pelaku seni,” tulis laman tersebut.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah