Cerita Rakyat Nusantara: Legenda Batu Kuwung Banten, Karma Penguasa Kikir yang Sewenang-wenang

- 13 Februari 2022, 21:53 WIB
Ilustrasi cerita rakyat Nusantara Legenda Batu Kuwung Banten.
Ilustrasi cerita rakyat Nusantara Legenda Batu Kuwung Banten. /Tangkap layar YouTube Dongeng Kita/

SERANG NEWS – Cerita rakyat Nusantara mengisahkan legenda Batu Kuwung, Gunung Karang masih sangat populer di kalangan masyarakat Banten.

Cerita rakyat ini masih sering diceritakan secara turun temurun kepada anak-anak. Apalagi, dalam cerita rakyat legenda Batu Kuwung Banten ini banyak pelajaran untuk kehidupan sehari-hari.

Terlebih, bagi orang yang memiliki rizki berlebih dan jabatan yang semestinya dapat dipergunakan untuk menyejahterakan rakyat.

Baca Juga: Cerita Rakyat Nusantara di Jawa Barat: Dongeng Asal Usul Telaga Warna

Berikut kisah tentang legenda Batu Kuwung Banten selengkapnya:

Alkisah, dulu di Banten ada saudagar kaya sekaligus kepala desa yang tidak disukai warganya karena kikir dan sombong.

Kepala Desa itu hampir menguasai lahan semua desa dan mempekerjakan rakyatnya dengan upah yang sangat rendah.

Bagi rakyat yang membangkang perintahnya, maka si kepala desa tidak segan-segan memerintahkan anak buahnya untuk melakukan penyiksaan.

Baca Juga: Cerita Nusantara Jawa Tengah: Kisah Timun Emas Selamat dari Terkaman Raksasa

Memimpin dengan sewenang-wenang dan kejam, membuat si kepala desa itu mudah mengumpulkan harta. Tidak terhitung jumlah kekayaannya dari memeras keringat rakyat.

Ketika rakyatnya kekurangan makan, si kepala desa justru makan dengan makanan yang berlebihan setiap harinya.

Suatu hari seorang kakek tua ke rumah di kepala desa. Kakek itu terlihat kumal dan seperti pengemis.

Rupanya kakek itu sangat lapar dan meminta sedikit makanan kepada si kepala desa. Namun yang didapatkanya hanya caci-maki.

Baca Juga: Rayakan Hari Dongeng Nasional, Ini yang Dilakukan Komunitas Teras Depan Rumah

Si kakek pun marah dan berkata, “Hai saudagar kikir bersiaplah untuk menerima balasan yang setimpal,” katanya.

Si kepala desa itu kemudian terusik pikirannya. Ia dibayang-bayangi ucapan sang kakek tua itu.

Suatu ketika kepala desa terkejut karena kakinya tidak bisa digerakkan. Ia pun membuat sayembara.

Baca Juga: Siasat Licik Sengkuni dan Kematian Abimanyu Putra Arjuna di Hari ke-13 Perang Mahabharata

Barang siapa yang bisa menyembuhkannya akan mendapatkan setengah dari hartanya. Semua orang datang berbondong-bondong untuk mengikuti sayembara. Tak terkecuali si kakek tua.

Saat tiba di rumah si kepala desa, kakek tua menjelaskan bahwa hal ini terjadi akibat kekikiran sang kepala desa yang juga saudagar itu.

Ia mengatakan, agar sembuh kepala desa harus menghilangkan sifat kikir tersebut. Kemudian mandi di Gunung Karang serta memberikan setengah hartanya kepada warga miskin.

Baca Juga: Asal Usul Pemujaan Ular 'Nag Panchami' Hindu dalam Kisah Mahabharata hingga Jadi Festival Wisata di India

Kepala desa bersedia memenuhi persyaratan tersebut. Ia berangkat ke Gunung Karang untuk bertapa.

Setelah 40 hari bertapa, tiba-tiba menyembur air panas dari sela-sela batu tempatnya duduk. Ia pun langsung mandi. Kemudian, kedua kakinya dapat digerakkan.

Setelah itu ia kembali ke desa. Kemudian menikahi wanita miskin dan berubah sikap serta memerintah desa dengan baik dan adil.***

Disclamer: cerita rakyat ini SerangNews.com lansir dari karya De Rosya dalam buku Dongeng Nusantara Pilihan terbitan Laksana dan sumber lain dari tayangan YouTube yang mengulas cerita tersebut.

Editor: Ken Supriyono

Sumber: Youtube Buku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah