Fatkur menyebut, kemampuan wayang bertahan dari generasi ke generasi merupakan suatu prestasi yang patut diapresiasi.
Kemampuan wayang tetap eksis di tengah gempuran modernisasi. Secara sosiokultural wayang menyesuaikan dengan perkembangan di masyarakat.
Dalam pewayangan saat ini diberi warna sebagaimana yang dijumpai dewasa ini. Mulai dari lawakan, campursari, sampai dangdut.
“Hal tersebut untuk mengimbangi perubahan-perubahan dalam masyarakat,” paparnya.***