Untuk mewujudkan ambisinya, dilaksanakanlah ekspedisi Pamalayu (perang Malayu) yang bertujuan untuk menaklukkan kerajaan-kerajaan di Sumatera.
Pengiriman pasukan ke Sumatera dilakukan pada 1275 di bawah pimpinan Kebo Anabrang. Pada tahun 1286, Bhumi Malayu dapat ditundukkan.
Kemudian Kertanagara mengirim kembali utusan yang dipimpin oleh rakryan maha-mantri dyah adwayabrahma membawa arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan dan hubungan diplomatik dengan Kerajaan Dharmasraya yang saat itu rajanya bernama sra maharaja srimat tribhuwanaraja mauliwarmmadewa.
Pada tahun 1284 Kertanagara juga berhasil menaklukkan Bali, dan membawa rajanya sebagai tawanan menghadap ke Singasari.
Sayangnya pada 1292, Kertanegara terbunuh dalam pemberontakan penguasa Gelang-gelang, bernama Jayakatwang. Tragedi berdarah yang mempora-porandakan ibukota istana hingga terbunuhnya Raja Kartanegara.
Baca Juga: 10 Kerajaan Terbesar dan Paling Berpengaruh di Nusantara, dari Majapahit hingga Kesultanan Banten
Kala itu, Kerajaan Singasari tengah sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Kondisi itu membuat bagian dalam istana mengalami kerapuhan.
Jayakatwang yang masih sepupu sekaligus ipar dan besar dari Kertanegara memanfaatkannya dengan melakukan pemberontakan pada 1292.
Ketidaksiapan Singasari membuat Kertanagara mati terbunuh dan seluruh istananya hancur.