Pesawat Garuda Indonesia GA421 Mendarat Darurat di Sungai Bengawan Solo Hari Ini, 20 Tahun yang Lalu

- 17 Januari 2022, 07:54 WIB
Ilustrasi pesawat melakukan water landing atau pendaratan darurat di air. Tepat 20 tahun lalu pada 16 Januari 2002, pesawat Garuda Indonesia melakukan water landing di Sungai Bengawan Solo wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Ilustrasi pesawat melakukan water landing atau pendaratan darurat di air. Tepat 20 tahun lalu pada 16 Januari 2002, pesawat Garuda Indonesia melakukan water landing di Sungai Bengawan Solo wilayah Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. /Foto: Pixabay/XMCWX/

SERANG NEWS – Pesawat Garuda Indonesia GA421 melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo di Desa Sarenan, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Pada hari tepat 20 tahun insiden pesawat Garuda Indonesia GA421 mendarat darurat di Bengawan Solo itu terjadi.

Banyak saksi mata yang melihat peristiwa langsung proses pendaratan darutat Pesawat Garuda Indonesia GA421 itu terjadi.

Pada hari ini 16 Januari 2022 bertepatan dengan insiden kecelakaan pesawat Garuda Indonesia GA421 itu terjadi.

Kecelakaan  pesawat Garuda Indonesia GA421 di Bengawan Solo menyebabkan dunia penerbangan berduka.

 Baca Juga: Fakta-fakta Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu Hari Ini Setahun Lalu, 9 Januari 2021

Pesawat Garuda Indonesia GA421 itu terbang dari Mataram, Lombok menuju Bandara Adisucipto Yogyakarta sekitar pukul 08.00 WIB. Saat tinggal landas, selama penerbangan cuaca dilaporkan cerah.

Pesawat Garuda Indonesia GA421 mengangkut 54 penumpang dan 5 awak pesawat.

Pesawat tersebut adalah pesawat Boeing 737 pertama yang diterbangkan oleh Garuda Indonesia.

Saat kejadian, pesawat ini diterbangkan oleh Kapten Abdul Rozaq (44) dan kopilot Harry Gunawan (46)

Dalam insiden ini, seorang pramugari meninggal dunia karena tersedot keluar pesawat yang disebabkan terbukanya pintu darurat.

Sementara 5 awak pesawat serta 54 penumpang lainnya selamat, sebagian dengan cedera ringan.

Baca Juga: Hari Ini Setahun Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jakarta-Pontianak Jatuh di Kepulauan Seribu, 62 Orang Meninggal 

Peristiwa mengerikan itu terjadi tepat 20 tahun lalu pada 16 Januari 2002.

Fakta-fakta dari penyebab pesawat Garuda Indonesia GA421 mendarat darurat di Bengawan Solo sebagai berikut:

Pilot melaporkan saat ketinggian kurang lebih 31.000 kaki, ia memutuskan untuk mengambil rute lain karena melihat ada badai di radar cuaca dalam rute perjalanan yang sudah direncanakan.

Analisis dari kotak hitam data penerbangan digital (DFDR) dan gambar yang diperoleh dari satelit NOAA-12 menunjukkan bahwa penerbangan telah memasuki badai sewaktu kru pesawat memulai untuk mengubah rute dari rute normal menuju Yogyakarta.

Data satelit menunjukan pesawat memasuki daerah dengan cuaca buruk sekitar pukul 09.18 WIB. Cuaca sangat buruk dan badai juga terekam dalam rekaman percakapan di dalam kokpit (CVR).

Data dari pencitraan satelit, CVR dan DFDR serta pernyataan pilot menunjukkan, sebelum pesawat memasuki kawasan badai, pesawat menuju selatan dan terbang menuju ke celah anatara dua badai.

Baca Juga: Setahun Lalu, 62 Orang Tewas Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ182 Jatuh di Kepulauan Seribu, Ini Faktanya

Pilot melaporkan bahwa mereka mencoba terbang di celah antara dua badai yang dapat dilihat dari radar cuaca pesawat.

Setelah 90 detik memasuki badai, kedua mesin pesawat mati pada 09.20 WIB, CVR dan DFDR berhenti merekam karena kehilangan listrik dari generator yang berada di kedua mesin pesawat.

Pilot mencoba tiga kali menghidupkan kembali mesin pesawat namun gagal dan memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat di sungai Bengawan Solo.

Boeing 737-300 ini diproduksi tahun 1989, usianya sekitar 13 tahun pada saat melakukan pendaratan darurat dan pesawat ini telah memiliki 28.141 jam terbang.

Pilot yang bertugas pada saat itu adalah Kapten Abdul Rozak, usianya 44 tahun. Ia bergabung dengan Garuda Indonesia di tahun 1980.

Kapten Abdul juga telah memiliki jam terbang termasuk di dalamnya ada 5.086 jam terbang dengan menggunakan jenis pesawat Boeing 737.

 Baca Juga: Alasan Crazy Rich Doni Salmanan Beli Lamborghini, Tersinspirasi dari Main PS Waktu Kecil

Sementara kopilot yang bertugas pada saat itu adalah first officer Harry Gunawan, usianya 46 tahun dan ia bergabung dengan Garuda Indonesia di tahun 1982 dan telah memiliki 7.137 jam terbang.

Saat ini Garuda Indonesia tidak lagi mengoperasikan rute ini pada tahun 2005. Masih menggunakan nomor penerbangan GA-421, namun pada rute Denpasar–Jakarta sebagai gantinya, dioperasikan oleh Airbus A330 atau 777-300E. ***

Editor: Muh Iqbal Zikri


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah