5 Ritual Menyeramkan di Akhir Masa Kerajaan Majapahit, dari Adu Kekuatan Gaib hingga Pembangkitan Mayat

- 14 Januari 2022, 13:25 WIB
Fenomena menyeramkan di akhir masa Kerajaan Majapahit.
Fenomena menyeramkan di akhir masa Kerajaan Majapahit. /Tangkap layar kanal YouTube Asisi Channel/

SERANG NEWS – Kisah tentang Kerajaan Majapahit tidak hanya menyangkut soal kemasyuran dan kemakmuran Nusantara.

Dalam sejarah perjalanan panjang sejarah Majapahit, terdapat fenomena sosial atau ritual yang cukup menyeramkan sekaligus menakjubkan.

Kisah ini bukan tentang kisah keruntuhan Kerajaan Majapahit. Akan tetapi, fenomena sosial atau ritual sebagaian masyarakat yang termaktub dalam lontar Calon Arang.

Lalu, apa saja fenomena menyeramkan dan menakjubkan di akhir Kerajaan Majapahit? Berikut SerangNews.com sajikan sebagaimana dilansir dari Asisi Channel:

1. Pembangkitan Mayat

Akhir Majapahit, bahkan dimulai sejak masa keemasannya, diduga berkembang budaya pembangkitan mayat. Fenomena ini bisa ditulis dari naskah tentang Tantrayana.

Baca Juga: Jarang Diketahui Orang, Ini Alasan Keraton Kerajaan Majapahit Lenyap, Benarkah Moksa?

Misalnya, kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular (abad 14), cerita tentang mayat-mayat korban perang yang dihidupkan untuk kemudian dimatikan kembali oleh pelaku Tantra. Begitupun dengan lontar Calon Arang.

Mpu Bharaddah diceritakan mampu membangkitkan mayat korban teluh Calon Arang selama mayat tersebut belum. Calon Rang pun disebutkan mampu membangkitkan mayat di kuburan.

“Tampaknya mematikan dan menghidupkan manusia adalah hal yang umum pada pelaku Tantra di zaman itu, yang di sisi lain mengerikan bagi masyarakat non Tantra,” tulis sebagaimana dikutip dari ulasan kanal YouTube Asisi yang diunggah pada 29 Oktober 2021.

2. Shamanisme

Praktik shamanisme, yakni pemanggilan roh melalui medium. Praktik berkembang di akhir Majapahit.

Baca Juga: Wajib Tahu, Ini 6 Kerajaan Maritim Islam Paling Berjaya di Nusantara, Ada Banten dan Gowa

Lontar Calon Arang menjelaskan ritual yang dilakukan oleh calon arang bersama murid-muridnya.

Mereka menari di kuburan dengan membunyikan kangsi dan kamanak. Datanglah Batari Durga dan bala tentaranya ikut menari sebelum akhirnya roh jahat itu berinteraksi dengan Calon Arang.

Adegan ini menggambarkan praktek shamanisme di mana pelakunya menari hingga mencapai kondisi trans atau kerasukan, lalu menjadi medium bagi roh yang dipanggil berikan ramalan, Restu dan kekuatan gaib.

Shamanisme adalah praktek okulisme yang sangat tua dalam peradaban manusia. Selain di Jawa, praktik ini juga dijumpai di wilayah paling utara Siberia.

Termasuk tradisi orang Oratel di Yunani purba hingga di Indonesia modern yang lebih dikenal sebagai jelangkung.

Baca Juga: Sejarah Asal Asul Kesultanan Banten dan Daftar Sultan Banten Pertama hingga Terakhir

3. Persembahan Berupa Daging Manusia

Butha Yatna atau Caru adalah budaya di Jawa kuno di akhir masa Majapahit. Upacara ini memberikan persembahan kepada kekuatan negatif atau dunia bawah, yakni roh-roh jahat.

Dalam lontar disebutkan, ‘makacaru eng butatah sahana nikakang sema ngkana’. Artinya caru Calon Arang dipersembahkan kepada makhluk-makhluk Butha dan penunggu kuburan.

Dalam kisah Calon Arang, persembahan daging hewan ini lalu diganti dengan daging manusia, untuk meningkatkan eskalasi teluhnya.

4. Apokalips

Bisa jadi suasana kiamat yang digambarkan lontar Calon Arang benar-benar terjadi di masa akhir Majapahit.

Mungkin penulis lontar tersebut melihat langsung korban yang bergelimpangan dalam serangan Demak ke wilayah-wilayah Majapahit.

Baca Juga: Daftar 7 Kerajaan Paling Lama dalam Sejarah Dunia, Berikut Nama dan Penjelasan Sejarahnya

Dalam bahasa aslinya dituliskan, ‘Tan ana sela nikang serta watas urung-urung,’ atau tidak ada selanya di kuburan dengan batas parit, karena mayat bertumpuk-tumpuk di ladang di jalan-jalan, hingga di pemukiman penduduk.

Disebutkan mayat-mayat itu kemudian menjadi makanan anjing-anjing dan hewan liar karena hampir seluruh wilayah menjadi kota mati.

5. Adu kesaktian versi Jawa kuno

Fenomena menarik lainnya di Jawa kuno masa akhir Majapahit, adalah maraknya adu kesaktian.

Meski beberapa tokoh dalam lontar Calon Arang adalah fiktif, mungkin saja kesaktian-kesaktian ini memang eksis di masa penulisannya.***

Editor: Ken Supriyono

Sumber: YouTube


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah